Minggu, 02 Agustus 2015

LITURGI (OVERTORIUM)



Ovvertorium

Pada Kebaktian Gereja perdana (Mulamula), jemaat akan mengantarkan persembahan ke depan dan diletakan di kaki rasul, dan rasul dalam hal ini yang dimaksud adalah episkopos (bishop). Ketika persembahan diantar dan diletakkan di meja Perjamuan Kudus kemudian persembahan itu disambut oleh Diaken. Biasanya bentuk dari persembahan itu sendiri adalah makanan bukanlah uang, dan  biasanya makanan itu adalah anggur dan roti. Diaken bertugas memilih roti dan anggur yang terbaik dan itu yang digunakan untuk Perjamuan Kudus. Sebelum dipilih mereka berdoa terlebih dahulu untuk mendoakan persembahan, lama kelamaan rumusan doa itu menjadi tema tertentu atau terkhusus dan doa itulah yang dinamakan Ovvertorium.

Dalam perkembangan liturgi kemudian, kebaktian itu menjadi dua aspek, walupun satu kesatuan, yaitu pelayanan firman dan Perjamuan Kudus. Ovvertorium adalah doa yang merupakan peralihan dari aspek atau bagian pertama dan sampai bagian kedua yaitu Perjamuan Kudus. Oleh karena itu setiap ada Ovvertorium, itu pertanda bahwa Perjamuan Kudus akan dimulai. Tetapi ada saatnya dimana Perjamuan Kudus tidak bisa dilayani karena tidak ada pendeta. Maka kebaktian itu yang berlangsung hanya pelayanan firman, tetapi tidak lagi menggunakan Ovvertorium. Oleh karena itu, selalu menjadi tanda bahwa Ovvertorium merujuk pada adanya Perjamuan Kudus.

Kebaktian yang dibawa oleh missionaris ke tanah Batak khususnya HKBP, adalah kebaktian tanpa Perjamuan Kudus sebagai satu kesatuan dalam kebaktian. Sesudah khotbah, ada persembahan, tetapi tidak ada Ovvertorium, itu berarti kebaktian dipersiapkan untuk tidak selalu terhubung dengan Perjamuan Kudus. Tidak diketahui bagaimana masuknya doa persembahan ke dalam liturgi HKBP, tetapi itu jelas terjadi sesudah 1940. Di dalam pelayanan para missionaris dan kemudian pendeta-pendeta Batak, Perjamuan Kudus dilaksanakan di saat Pendeta berkunjung ke jemaat-jemaat, dan  itu berarti tidak lagi pada hari minggu. Oleh karena itulah di dalam agenda HKBP, Perjamuan Kudus bahkan juga Babtisan adalah berlangsung diluar hari minggu. Itulah sebabnya bentuknya di Agenda HKBP terlihat sebagai kebaktian tersendiri. Bila sekarang kebaktian minggu mau disatukan dengan Perjamuan Kudus maka bentuknya bisa kembali pada bentuk semula yaitu: kebaktian pelayanan firman dan Perjamuan Kudus dihubungkan oleh Ovvertorium. Maka bila dimasukan dalam struktur liturgi yang sekarang, maka tempatnya adalah segera sesudah nyanyian Ovvertorium “nasa na nilehonmi”. Bila demikian maka Doa Bapa Kami terdengar hanya sekali saja.