Baptism -
Eucharist and Ministry (BEM)
I.
Pendahuluan
Dokumen yang
diterbitkan oleh Iman dan Urutan Komisi Dewan Gereja Dunia hampir 30 tahun yang
lalu: Baptisan, Ekaristi dan Kementerian (BEM
pada tahun 1982). Dokumen itu menjabarkan sejumlah luar biasa dari
kesepakatan yang dicapai oleh Gereja-gereja di dunia.. Dukumen ini membahas
tentang makna tentang Baptisan, dan makna Perjamuan Khusus secara khusus, serta
membahas tentang pelayanan Gereja. Kelompok akan membahas dengan terperinci
tentang makna dari Skramen (Sakramentolologi).
II.
Isi
2.1 Baptisan[1]
2.1.1.Lembaga dari Baptisan
Baptisan
Kristen dimulai ketika masa pelayanan Yesus dari Nazaret,samapi kedalam
kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Hal ini memperkenalkan Kristus, yang adalah
Tuhan yang disalibkan dan bangkit: dan hal tersebut masuk ke dalam Perjanjian
Baru yakni perjanjian antara Allah dan umat Allah.
Baptisan
adalah karunia dari Allah, dan didasarkan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Injil Matius mencatat bahwa ketika Kristus naik ke surga, Dia mengirim murid-Nya
ke dunia, memerintahkan mereka untuk membaptis mereka (Matius 28:18-20).
Praktek universal baptisan oleh Gereja Apostolik dari hari-hari awal dibuktikan
dalam surat Perjanjian Baru, Kisah Para Rasul, dan tulisan-tulisan para Bapa.
2.1.2 Makna Baptisan
Baptisan
adalah tanda kehidupan baru melalui Yesus Kristus. Ini menyatukan yang dibaptis
dengan Kristus dan dengan umat-Nya. Tulisan suci Perjanjian Baru dan liturgi
Gereja terungkap makna baptisan dalam berbagai gambar yang mengungkapkan
kekayaan Kristus dan karunia keselamatannya. Gambar-gambar ini kadang-kadang
dikaitkan dengan penggunaan simbolik air dalam Perjanjian Lama.
Baptisan
adalah partisipasi dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6: 3-5; Kol 2:
12): cuci jauh dari dosa (1 Korintus 6:. 11), sebuah kelahiran baru (Yohanes 3:
5); pencerahan oleh Kristus (Efesus 5: 14), sebuah reclothing dalam Kristus
(Galatia 3: 27), sebuah pembaharuan oleh Roh (Titus 3: 5); pengalaman
keselamatan dari banjir (1 Petrus 3: 20-21) , sebuah eksodus dari perbudakan (1
Kor 10: 1-2.) dan pembebasan menjadi manusia baru di mana hambatan pembagian
apakah jenis kelamin atau ras atau status sosial yang melampaui (Galatia 3:
27-28: 1 Kor 12. : 13). Gambar yang banyak tetapi kenyataannya adalah satu.
Baptisan adalah bentuk kematian dan
kebangkitan Kristus (Rm. 6: 3-5; Kol 2: 12):
jauh dari dosa (1 Korintus 6:. 11), sebuah kelahiran baru (Yohanes 3:
5); pencerahan oleh Kristus (Efesus 5: 14), sebuah hidup dalam Kristus (Galatia 3: 27), sebuah
pembaharuan oleh Roh (Titus 3: 5); pengalaman keselamatan (1 Petrus 3: 20-21) , sebuah eksodus dari
perbudakan (1 Kor 10: 1-2.) dan pembebasan menjadi manusia baru di mana
hambatan pembagian apakah jenis kelamin atau ras atau status sosial yang
melampaui (Galatia 3: 27-28: 1 Kor 12. : 13). Gambar yang banyak tetapi
kenyataannya adalah satu.
Baptisan
berarti berpartisipasi dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus
Kristus. Yesus pergi ke sungai Yordan dan dibaptis sebagai orang-orang berdosa untuk memenuhi semua
kebenaran (Matius 3: 15). Baptisan ini membawa Yesus dalam sepanjang jalan
hidupnya yang akan menjadi Hamba yakni hamba yang rela Menderita, yang akan
dinyatakan di dalam, kematian penderitaan dan kebangkitan-Nya (Markus 10:
38-40, 45). Dengan baptisan, orang Kristen tenggelam dalam kematian Kristus
membebaskan orang-orang berdosa-dosa merek sehingga kuasa dosa mati. Dengan
demikian mereka yang dibaptis tidak lagi hamba dosa, tetapi bebas dari dosa.
Sepenuhnya diidentifikasi dengan kematian Kristus, mereka dikuburkan dan pada
akhirnya mendapatkan kehidupan baru dalam kuasa kebangkitan Yesus Kristus,
yakin bahwa mereka juga akan pada akhirnya menjadi satu dengan dia dalam
kebangkitan-Nya seperti (Rom 6: 3-11; Kol 2: 13, 3: 1; Ef 2: 5-6).
Baptisan
mengambil bagian didalam kehidupan orang Kristen dari kematian dan kebangkitan Kristus yang
menyiratkan pengakuan dosa dan pertobatan hati. Baptisan yang dilakukan oleh Johanes pembaptis itu sendiri adalah
baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa (Markus 1: 4). Dengan demikian
mereka yang dibaptis adalah mereka yang diampuni, dibersihkan dan dikuduskan
oleh Kristus, dan diberikan sebagai bagian baptisan merek di bawah bimbingan
Roh Kudus. Roh Kudus turut bekerja dalam kehidupan orang-orang sebelum mereka
dibaptis maupun setelah pembaptisan. Ini adalah Roh yang sama yakni yang mengungkapkan Yesus sebagai Anak (Markus 1:
10-1l) dan Roh yang bersatu dengan para
murid pada hari Pentakosta (Kisah 2). Allah menganugerahkan kepada semua orang
yang dibaptis urapan dan janji Roh Kudus, menandai mereka sebagai warisan
kerejaan Surga dan sebagai anak-anak
Allah.
Baptisan adalah tanda dan
meterai pemuridan kita bersama. Melalui baptisan, orang Kristen dibawa ke
persekutuan dengan Kristus. Baptisan yang menyatukan kita kepada Kristus dalam
iman, dengan demikian hal itu diartikan sebagai ikatan dasar persatuan. Mereka
yang dibaptis adalah salah satu orang dan dipanggil untuk mengaku dan melayani
satu Tuhan di tempat masing-masing dan di seluruh dunia.. "Ada ... satu
baptisan satu Allah dan Bapa dari kita semua ...." (Efesus 4:4-6). Oleh
karena itu, satu baptisan kita dalam Kristus merupakan panggilan kepada
gereja-gereja untuk mengatasi perpecahan. Baptisan memulai realitas kehidupan
baru yang diberikan di tengah-tengah dunia ini. Ini memberikan partisipasi
dalam komunitas Roh Kudus. Ini adalah tanda dari Kerajaan Allah yang datag ke
dalam kehidupan dunia yang akan datang.
Melalui karunia iman, pengharapan dan kasih, baptisan memiliki dinamika yang
mencakup seluruh kehidupan, meluas ke segala bangsa, dan mengantisipasi hari
ketika segala lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bagi
kemuliaan Allah Bapa.
2.1.3 Baptisan dan Iman
Baptisan
adalah karunia Allah dan respons manusia terhadap karunia itu. Ini terlihat
pada pertumbuhan ke dalam ukuran kepercayaan mereka kepada Kristus (Efesus 4:13). Perlunya iman untuk
penerimaan keselamatan diwujudkan dan diwujudkan dalam baptisan dan diakui oleh
semua gereja. Komitmen pribadi diperlukan untuk keanggotaan bertanggung jawab
dalam tubuh Kristus. Baptisan tidak saja
berhubungan dengan pengalaman sesaat, tapi untuk seumur hidup yang bertumbuh dalam Kristus. Mereka dibaptis
dipanggil untuk mencerminkan kemuliaan Tuhan karena mereka diubah oleh kuasa
Roh Kudus, dan menjadi serupa dengan gambar-Nya, dengan kemegahan yang semakin
meningkat (2 Kor 3:. 18). Kehidupan orang Kristen adalahsalah satu perjuangan
yang tak ada hentinya namun juga pengalaman yang penuh rahmat. Mereka yang
dibaptis adalah yang telah hidup demi
Kristus, Gereja dan dari dunia.
2.1.4
Praktek Pembaptisan
a. Baptisan orang percaya dan Baptisan Bayi
Baptisan
kepada bayi telah dipraktekkan di zaman rasul dab hal itu tidak dapat tidak
dapat dikesampingkan, baptisan pada profesi pribadi iman adalah pola yang
paling jelas dibuktikan dalam dokumen Perjanjian Baru. Dalam perjalanan
sejarah, praktek baptisan telah berkembang dalam berbagai bentuk. Beberapa
gereja membaptis bayi yang dibawa oleh orang tua atau wali, ke dalam Gereja,
untuk membesarkan anak-anak dalam iman Kristen. Gereja-gereja lain berlatih
secara eksklusif baptisan orang percaya yang mampu membuat pengakuan pribadi
dari iman. Beberapa gereja mendorong bayi atau anak-anak yang akan diberkati
dalam layanan yang biasanya melibatkan syukur atas karunia anak dan juga
komitmen dari ibu dan ayah dari bayi.Semua gereja membaptis orang percaya yang
berasal dari agama-agama lain atau dari ketidakpercayaan yang menerima iman
Kristen hingga pada akhirnya berpartisipasi dalam kehidupan Gereja.
Baptisan
orang percaya dan baptisan bayi berlangsung di Gereja sebagai komunitas iman.
Ketika orang yang bisa menjawab untuk dirinya dibaptis, pengakuan pribadi dari
iman akan menjadi bagian integral dari layanan pembaptisan. Ketika bayi
dibaptis, respon pribadi akan ditawarkan pada saat di kemudian hari. Dalam
kedua kasus, orang yang dibaptis harus bertumbuh dalam pemahaman iman. Bagi
mereka dibaptis pada pengakuan mereka sendiri iman, selalu ada kebutuhan
konstan pertumbuhan berkelanjutan tanggapan pribadi dalam iman. Dalam kasus
bayi, pengakuan pribadi diharapkan nantinya, dan Kristen memelihara diarahkan
untuk memunculkan pengakuan ini. Baptisan Semua berakar dalam dan menyatakan
kesetiaan Kristus sampai mati. Ini memiliki pengaturan di dalam kehidupan dan
iman Gereja dan, melalui kesaksian seluruh Gereja, menunjuk pada kesetiaan
Allah, dasar semua kehidupan dalam iman. Pada saat pembaptisan setiap seluruh
jemaat menegaskan kembali iman pada Tuhan dan berjanji dirinya untuk
menyediakan lingkungan saksi dan pelayanan. Baptisan harus, karena itu, selalu
dirayakan dan dikembangkan dalam pengaturan komunitas Kristen.
b. Pembaptisan
Dalam karya keselamatan Allah,
kematian dan kebangkitan Kristus tak terpisahkan terkait dengan karunia
Pentakosta dari Roh Kudus. Demikian pula, partisipasi dalam kematian dan
kebangkitan Kristus yang tak dapat dipisahkan dengan penyebab penerimaan Roh.
Baptisan dalam arti penuh menandakan dan efek keduanya. Kristen berbeda dalam
pemahaman mereka ke mana tanda untuk dapat menerima karunia Roh . Tindakan yang berbeda telah
menjadi terkait dengan pemberian Roh. Bagi beberapa itu adalah simbol air itu
sendiri. Bagi orang lain, itu adalah pengurapan penumpangan tangan, yang banyak
gereja sebut konfirmasi. Untuk yang lain itu semua tiga, karena mereka melihat
operasi Roh seluruh ritual. Semua setuju bahwa baptisan Kristen adalah air dan
Roh Kudus.
2.1.5
Perayaan Baptisan
Baptisan
dilaksanakan dengan menggunakan air dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam
perayaan baptisan dimensi simbolik air harus ditanggapi dengan serius dan tidak
diminimalisasi. Tindakan perendaman jelas dapat mengungkapkan kenyataan bahwa
dalam baptisan orang Kristen berpartisipasi dalam kematian dan kebangkitan
Kristus.
. Seperti yang terjadi pada
abad-abad awal, karunia Roh dalam baptisan dapat ditandai dengan cara tambahan,
misalnya, dengan tanda penumpangan tangan, dan dengan pengurapan atau
chrismation. Tanda sangat salib mengingatkan karunia yang dijanjikan Roh Kudus
yang adalah angsuran dan janji apa yang belum datang ketika Allah telah ditebus
anak kuda mereka yang ia telah membuat nya sendiri (Efesus 1: 13-14). Pemulihan
tanda-tanda hidup tersebut dapat diharapkan untuk memperkaya liturgi.
Dalam urutan apapun komprehensif baptisan
setidaknya mengacu pada baptisan, sebuah permintaan dari Roh Kudus, sebuah
penolakan kejahatan, sebuah pengakuan iman dalam Kristus dan Tritunggal Kudus;
penggunaan air, sebuah pernyataan bahwa orang yang dibaptis telah memperoleh
identitas baru sebagai putra dan putri Allah, dan sebagai anggota Gereja,
dipanggil untuk menjadi saksi Injil. Gereja menganggap bahwa inisiasi Kristen
tidak lengkap tanpa penyegelan dibaptis dengan karunia Roh Kudus dan
partisipasi dalam persekutuan suci. Hal ini sesuai untuk menjelaskan dalam
konteks pelayanan pembaptisan seperti
makna baptisan seperti yang muncul dari kitab suci (yaitu partisipasi
dalam kematian dan kebangkitan Kristus, pertobatan, pengampunan, karunia Roh,
penggabungan ke dalam tubuh Kristus dan tanda Kerajaan). Baptisan biasanya
dikelola oleh seorang pendeta, meskipun dalam keadaan tertentu lain yang
diizinkan untuk membaptis. Karena
baptisan erat dengan kehidupan ibadah Gereja, biasanya harus diberikan selama
ibadah umum, sehingga jemaat mungkin mengingatkan beptisan mereka sendiri dan
dapat menyambut mereka ke dalam persekutuan orang-orang yang dibaptisa dan
berkomitmen untuk memelihara dalam iman Krisen. Sakramen tepat untuk
acara-acara festi besar seperti Paskah, Pentakosta dan Epiphany, seperti
praktek di Gereja awal.
Gereja
menerima ekaristi sebagai hadiah dari Tuhan. Paulus menulis:'' Saya telah
menerima dari Tuhan apa yang telah kuteruskan kepadamu, bahwa Tuhan Yesus, pada
malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti, dan ketika ia mengucap syukur, ia
memecah-mecahkannya, dan berkata: "Ini adalah tubuh ku, yang adalah untuk
mu. Perbuatlah ini peringatan (anamnesis) akan saya. ' Dengan cara yang
sama juga cangkir, setelah makan malam, mengatakan: "Cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darah saya. Lakukan ini, sesering Anda meminumnya, menjadi
peringatan akan Aku '"(1 Korintus 11: 23-25; cf Matt 26:.... 26-29, Markus
14: 22-25; Lukas 22 :14-20 ).
Jamuan makan
yang dilakukan Yesus mencatat sebagai bagian pelayanan-Nya di dunia dan
memberitakan Kerajaan, dan yang memberi makan orang banyak adalah merupakan tanda.
Dalam makan terakhirnya, persekutuan Kerajaan terhubung dengan kedekatan di
antara penderitaan Yesus. Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan membuat kehadirannya
diketahui murid-Nya dalam pemecahan roti. Dengan demikian ekaristi
memperkenalkan Yesus selama hidup-Nya di dunia dan setelah kebangkitan-Nya, sebagai
tanda Kerajaan. Kristen melihat ekaristi dalam peringatan Paskah pembebasan Israel dari tanah perbudakan dan makan dari Kovenan
di Gunung Sinai (Kel. 24). Ini adalah makan Paskah baru Gereja, makan dari
Perjanjian Baru, yang Kristus berikan kepada murid-muridnya sebagai anamnesis
kematian dan kebangkitan-Nya, sebagai antisipasi Perjamuan Anak Domba (Wahyu
19: 9). Yesus memerintahkan muridnya sehingga untuk mengingat dan menemukan dia
dalam makanan ini sakramental, sebagai umat Allah terus, sampai dia kembali.
Makanan terakhir dirayakan oleh Yesus adalah makanan liturgi menggunakan kata-kata
dan tindakan simbolik. Akibatnya ekaristi adalah perjamuan Sakramenatal dengan
tanda-tanda berkomunikasi kepada kita melalui Allah dalam Yesus Kristus, kasih
dimana Yesus mengasihi dirinya sendiri sampai akhir (Yoh 13:1). Hal ini
memperoleh benyak nama tentang ekaristi misalnya Perjamuan Tuhan, pemecahan
roti, perseketuan suci, liturgi yang ilahi.
2.2.1
Makna
Ekaristi
Ekaristi
dasarnya sakramen yakni karunia yang Tuhan berikan untuk kita dalam Kristus
melalui kuasa Roh Kudus. Setiap orang Kristen menerima karunia keselamatan
melalui persekutuan dalam tubuh dan darah Kristus. Dalam perjamuan Ekaristi, Kristus
makan dan minum dari roti dan anggur, persekutuan dengan dirinya sendiri.
Tindakan Allah sendiri, memberikan kehidupan kepada tubuh Kristus dan memperbaharui
setiap anggota. Sesuai dengan janji Kristus, setiap anggota dibaptis dari tubuh
Kristus dalam ekaristi menerima jaminan pengampunan dosa (Matius 26: 28) dan
jaminan hidup kekal (Yohanes 6: 51-58). Meskipun ekaristi pada dasarnya di
bawah aspek-aspek berikut: syukur kepada Bapa, peringatan Kristus, doa Roh, persekutuan
umat beriman.
a.
Ekaristi
sebagai ungkapan terimakasih kepada Allah.
ekaristi,
mencakup firman dan sakramen, hal itu adalah proklamasi dan perayaan pekerjaan
Allah. Ini adalah ucapan syukur yang besar untuk Bapa atas segala sesuatu dicapai dalam penciptaan,
penebusan dan pengudusan, untuk semuanya dilakukan oleh Allah sekarang dalam
Gereja dan di dunia yang terlepas dari dosa-dosa manusia. Dengan demikian ekaristi adalah doa berkat (Berakah)
dimana Gereja mengungkapkan syukur untuk semua kebaikan Tuhan.
Ekaristi
adalah pengorbanan besar pujian dimana Gereja berbicara atas nama seluruh
ciptaan. Untuk dunia yang Allah telah damaikan hadir di setiap ekaristi: dalam
roti dan anggur, dalam orang-orang beriman, dan dalam doa-doa yang mereka
mohonkan bagi dirinya dan bagi semua orang. Kristus menyatukan umat beriman dengan dirinya
sendiri dan termasuk doa-doa mereka dalam doa syafaat sendiri sehingga setia berubah rupa dan doa mereka diterima. Ini
korban pujian hanya mungkin melalui Kristus, dengan dia dan di dalam Dia. Roti
dan anggur, buah-buahan dari bumi dan kerja manusia, yang disampaikan kepada
Bapa dalam iman dan syukur. Ekaristi dengan demikian menandakan: persembahan
dan nyanyian pujian kepada Sang Pencipta, persekutuan universal dalam tubuh
Kristus, sebuah kerajaan keadilan, cinta dan kedamaian dalam Roh Kudus.
B. Ekaristi
sebagai Anamnesis atau Memorial Kristus
Ekaristi
adalah peringatan Kristus yang telah disalibkan dan bangkit, yaitu tanda
hidup dan pengorbanan-Nya, terjadi hanya sekali dan untuk selamanya di kayu
sali. ekaristi mengacu pada keberhasilan pekerjaan Allah bila dirayakan oleh
umat Allah dalam liturgi. Kristus sendiri dengan segala yang telah dicapai bagi
kita dan bagi semua ciptaan (dalam inkarnasi-Nya, kehambaan, pelayanan,
pengajaran, penderitaan, pengorbanan, kebangkitan, kenaikan dan pengiriman Roh)
hadir dalam anamnesis ini, pemberian kita persekutuan dengan dirinya
sendiri. Ekaristi juga merupakan pendahuluan dari parousia dan kerajaan.
Anamnesis di mana Kristus bertindak melalui perayaan sukacita Gereja-Nya
demikian baik. Hal ini tidak hanya panggilan ke pikiran tentang apa yang telah
lalu dan maknanya. Ini adalah pewartaan yang efektif Gereja dengan tindakan Tuhan
yang kuat akan janji-janjiNya.
Representasi
dinyatakan dalam syukur dan doa syafaat.
Gereja, bersyukur dengan mengingat perbuatan perkasa penebusan Allah, Allah memberikan tindakan yang benar kepada
setiap manusia. Dalam ucapan syukur dan doa syafaat, Gereja dipersatukan dengan
Putra, Imam Besar dan Perantara (Rm. 8: 34; Ibr 7:. 25). Ekaristi adalah sakramen
pengorbanan Kristus yang dapat dikatakan unik, yang pernah hidup untuk membuat
syafaat bagi kita. Ini adalah peringatan dari semua yang dilakukan Tuhan bagi
keselamatan dunia. Apa itu kehendak Allah? Yakni kehendak yang mencapai inkarnasi,
kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus, dan Allah tidak
mengulang hal itu. Dalam peringatan
ekaristi, bagaimanapun, Gereja menawarkan syafaat di persekutuan dengan
Kristus, Imam Besar kita.
anamnesis akan Kristus adalah dasar dan
sumber segala doa Kristen. Jadi doa kita bergantung pada doa dan bersatu dengan
doa terus-menerus dari Tuhan yang bangkit. Dalam ekaristi, Kristus
memberdayakan kita untuk hidup bersamanya, menderita dengan dia dan berdoa
melalui dia sebagai orang berdosa dibenarkan, dan mendapatkan sukacita dan
bebas memenuhi kehendak-Nya. Hidup dalam Kristus berarti kita menawarkan diri
sebagai persembahan yang hidup dan kudus dalam kehidupan kita sehari-hari (Rm.
12: 1; 1 Petrus 2: 5), ini ibadah spiritual, dab diterima Allah, dipelihara
dalam ekaristi, di mana kita dikuduskan dan didamaikan cinta. Bersatu dengan
Tuhan kita dan dalam persekutuan dengan semua orang kudus dan, sehingga kita
diperbaharui dalam perjanjian oleh darah Kristus.
Sejak anamnesis
Kristus Firman sangat cepat diberitakan karena dari perjamuan Ekaristi,
masing-masing memperkuat yang lain. Perayaan ekaristi benar meliputi proklamasi
Firman. Kata-kata dan tindakan Kristus di institusi ekaristi berdiri di jantung
perayaan, perjamuan Ekaristi adalah sakramen tubuh dan darah Kristus, sakramen
kehadiran aslinya. Kristus memenuhi janjinya dalam berbagai cara untuk selalu dengan sendiri ke ujung dunia.
Tapi modus Kristus kehadiran dalam ekaristi adalah unik. Yesus berkata di atas
roti dan anggur ekaristi: "Inilah tubuh-Ku ... inilah darah-Ku ..."
Apa yang Kristus nyatakan adalah benar, dan kebenaran ini terpenuhi setiap kali
ekaristi dirayakan. Gereja mengakui kehadiran Kristus yang nyata, hidup dan
aktif dalam ekaristi. Sementara kehadiran nyata Kristus dalam ekaristi tidak
tergantung pada iman individu, semua setuju bahwa untuk membedakan tubuh dan
darah Kristus, iman diperlukan.
C. Ekaristi sebagai Doa Roh
Roh membuat
Kristus yang disalibkan dan bangkit benar-benar hadir untuk kita dalam
perjamuan Ekaristi, memenuhi janji yang terkandung dalam kata-kata. Kehadiran
Kristus adalah jelas pusat ekaristi, dan janji yang terkandung dalam kata-kata,
itu sangatlah penting untuk perayaan. Namun Bapalah yang menjadi sumber asal
primer dan pemenuhan akhir dari acara Ekaristi. Anak Allah yang berinkarnasi
oleh dan di dalam Dia dicapai kepada pusat kehidupannya. Ikatan antara perayaan
Ekaristi dan misteri Allah Tritunggal mengungkapkan peran Roh Kudus seperti kehadiran
dan kehidupan Yesus. Dan hal itu menjadi diyakinkan oleh janji Yesus dalam
kata-kata institusi yang akan dijawab, Gereja berdoa kepada Bapa untuk karunia
Roh Kudus agar acara Ekaristi mungkin menjadi kenyataan: kehadiran nyata
Kristus yang disalibkan dan bangkit memberikan hidupnya bagi semua umat
manusia. Hal ini dalam kebajikan dari kata hidup Kristus dan oleh kuasa Roh
Kudus bahwa roti dan anggur menjadi tanda sakramental dari tubuh dan darah
Kristus.
Tindakan
seluruh ekaristi memiliki "epikletic" karakter karena tergantung pada
karya Roh Kudus. Dalam kata-kata liturgi, aspek ekaristi menemukan ekspresi
bervariasi. Gereja, sebagai komunitas dari perjanjian baru, percaya diri
memanggil Roh, agar dapat dikuduskan dan diperbaharui, dipimpin ke dalam kebenaran, keadilan dan persatuan, dan
diberdayakan untuk memenuhi misinya di dunia. Roh Kudus melalui ekaristi
memberikan pendahuluan dari Kerajaan Allah dan Gereja menerima kehidupan
ciptaan baru dan jaminan pengembalian Tuhan.
D. Waktu Ekaristi sebagai Komuni dari SetiaP waktu
Persekutuan Ekaristi dengan Kristus yang
memelihara kehidupan Gereja adalah pada saat yang sama dalam persekutuan di
dalam tubuh Kristus .. Pembagian dalam satu roti dan cawan pada umumnya menunjukkan efek dan kesatua dengan Kristus
dan dengan sesama mereka. Hal ini dalam ekaristi bahwa komunitas umat Allah
sepenuhnya terwujud. Perayaan Ekaristi selalu harus dilakukan di seluruh
Gereja, dan seluruh Gereja terlibat dalam setiap perayaan Ekaristi lokal.
Sejauh gereja mengklaim sebagai perwujudan dari seluruh Gereja, ia akan
berhati-hati untuk menata kehidupannya sendiri dengan cara yang menganggap
serius kepentingan dan keprihatinan gereja-gereja lainnya.
Ekaristi
mencakup semua aspek kehidupan. Ini adalah tindakan perwakilan syukur di tengah
dunia. Perayaan Ekaristi menuntut perdamaian dan berbagi di antara semua yang
dianggap sebagai saudara dan saudari dalam satu keluarga Allah. Dan ini
merupakan tantangan konstan dalam mencari hubungan yang tepat dalam kehidupan
sosial, ekonomi dan politik (Matius 5: 23 f; 1 Kor. 10: 16 f; 1
Korintus 11: 20-22; Gal 3:. 28). Semua jenis ketidakadilan, pemisahan rasisme,
dan kurangnya kebebasan radikal ditantang ketika kita berbagi dalam tubuh dan
darah Kristus. Melalui ekaristi rahmat semua-pembaharuan Allah menembus dan mengembalikan
kepribadian manusia dan martabat. Ekaristi melibatkan orang percaya dalam
peristiwa sentral dari sejarah dunia. Sebagai peserta dalam ekaristi, kita
membuktikan ketidakkonsistenan jika kita
menggunakan kerusuhan dalam berpartisipasi dan
pemulihan dari situasi dunia dan kondisi manusia. Ekaristi menunjukkan
kepada kita bahwa perilaku kita tidak konsisten dalam menghadapi kehadiran
mendamaikan Allah dalam sejarah manusia: kita ditempatkan di bawah penghakiman
terus-menerus oleh kegigihan hubungan yang tidak adil dari semua jenis dalam
masyarakat kita
Solidaritas
dalam persekutuan Ekaristi tubuh Kristus dan perawatan bertanggung jawab
Kristen satu sama lain di tengah dunia menemukan ekspresi tertentu dalam
liturgi: dalam saling mengampuni dosa, tanda perdamaian, syafaat untuk semua,
yang makan dan minum bersama-sama; pengambilan unsur-unsur yang sakit dan
orang-orang di penjara atau perayaan ekaristi dengan mereka. Semua perwujudan
kasih dalam ekaristi secara langsung berhubungan dengan kesaksian Kristus
sendiri sebagai seorang hamba. Dalam Gereja awal pelayanan diakon pria maupun
wanita memberi ekspresi dengan cara yang khusus pada aspek ekaristi. Tempat
pelayanan tersebut antara meja dan yang membutuhkan benar dalam membuktikan kehadiran penebusan Kristus di
dunia.
E. Ekaristi sebagai waktu Kerajaan
Ekaristi
membuka visi yang telah dijanjikan sebagai pembaharuan akhir penciptaan, .
Tanda-tanda pembaharuan ini hadir di dunia dimana kasih karunia Allah nyata dan manusia bekerja sebagai makhluk
untuk keadilan, cinta dan kedamaian. Ekaristi adalah perayaan di mana Gereja
mengucap syukur kepada Allah atas tanda-tanda di tengah sukacita serta merayakan
kehadiran Kerajaan dalam Kristus (1 Korintus 11: 26; Matt 26:29). Di dunia yang
diperbaharui dengam janji, hadir dalam
perayaan Ekaristi secara keseluruhan. Dunia hadir dalam syukur kepada Bapa, di
mana Gereja berbicara atas nama seluruh ciptaan, dalam peringatan Kristus, dan Gereja,
bersatu dengan Imam Besar dan Pengantara, berdoa bagi dunia, dalam doa untuk
karunia Roh Kudus, di mana Gereja meminta pengudusan.
Didamaikan
dalam ekaristi, para anggota tubuh Kristus dipanggil untuk menjadi pelayan yang
mendamaikan antara manusia dan saksi
dari sukacita kebangkitan. Seperti Yesus pergi ke pemungut cukai dan orang
berdosa dan bersama-sama duduk di meja dalam persekutuan dengan mereka selama
pelayanan-Nya di dunia, sehingga orang Kristen dipanggil dalam ekaristi dan berada
didalam solidaritas dengan orang buangan dan menjadi tanda-tanda kasih Kristus
yang hidup dan mengorbankan dirinya untuk semua dan sekarang memberikan dirinya
dalam ekaristi. Karena itu sepenuhnya pemberian Allah, ekaristi membawa ke
zaman sekarang sebuah realitas baru yang mengubah Kristen ke dalam citra
Kristus dan karena itu membuat mereka sebagai Saksi nya. Ekaristi adalah
makanan yang berharga bagi para misionaris, roti dan anggur untuk peziarah
dalam perjalanan kerasulan mereka.
2.2.2 PERAYAAN EKARISTI
Liturgi
ekaristi pada dasarnya adalah sebuah kesatuan, terdiri dari unsur-unsur berikut
dalam urutan yang berbeda-beda dan kepentingan yang beragam:
Ø Himne
pujian;
Ø Tindakan
pertobatan;
Ø Deklarasi
pengampunan;
Ø Proklamasi
Firman Allah, dalam berbagai bentuk;
Ø Pengakuan
iman (kredo);
Ø Syafaat
bagi seluruh Gereja dan dunia;
Ø Persiapan
roti dan anggur;
Ø Syukur
kepada Bapa untuk keajaiban penciptaan, penebusan dan
pengudusan (berasal dari tradisi Yahudi dari Berakah);
pengudusan (berasal dari tradisi Yahudi dari Berakah);
Ø Kata-kata
institusi Kristus sakramen menurut tradisi Perjanjian Baru;
Ø The
anamnesis atau peringatan tindakan besar penebusan, gairah, kematian,
kebangkitan, kenaikan dan Pentakosta, yang membawa Gereja menjadi ada;
Ø Seruan
Roh Kudus (epikiesis) pada masyarakat, dan unsur-unsur roti di tengah
anggur (baik sebelum kata-kata institusi atau setelah peringatan, atau
keduanya, atau beberapa referensi lain untuk Roh Kudus yang memadai menyatakan
"epikletic" karakter ekaristi);
Ø Konsekrasi
umat beriman kepada Allah;
Ø Referensi
kepada persekutuan para kudus;
Ø Doa
bagi kedatangan Tuhan di tengah manifestasi definitif Kerajaan-Nya;
Ø Amin
dari seluruh masyarakat;
Ø Doa
Tuhan;
Ø Tanda
perdamaian rekonsiliasi kering;
Ø Pemecahan
roti;
Ø Makan
dan minum dalam persekutuan dengan Kristus dan dengan setiap anggota Gereja;
Ø Akhir
tindakan pujian;
Ø Berkat
dan pengutusan
Cara terbaik
menuju kesatuan dalam perayaan Ekaristi dan persekutuan adalah pembaharuan dari
ekaristi itu sendiri di gereja-gereja yang berbeda dalam hal pengajaran dan
liturgi. Gereja-gereja harus menguji liturgi mereka dalam terang perjanjian.
Gerakan reformasi telah membawa liturgi gereja-gereja lebih dekat bersama-sama
dalam cara merayakan Perjamuan Tuhan. Namun, keragaman liturgis tertentu sesuai
dengan iman umum ekaristik diakui sebagai yang baik di tengah dunia. Penegasan
dari iman Ekaristi umum berarti
keseragaman baik dalam liturgi atau praktek.
Dalam
perayaan ekaristi, Kristus mengumpulkan, mengajar di tengah dunia dan
memelihara Gereja. Kristus yang mengundang dalam perjamuanyang kudus. Dia
adalah gembala yang memimpin umat Allah, nabi yang mengumumkan Firman Allah,
imam yang merayakan kekudusan Allah. Di kebanyakan gereja, kepemimpinan ini
ditandai oleh seorang pendeta. Orang yang memimpin di perayaan Ekaristi dalam
nama Kristus membuat jelas bahwa perayaan itu bukanlah ciptaan majelis sendiri 'atau kepemilikan, ekaristi
diterima sebagai hadiah dari Kristus yang hidup di dalam Gereja-Nya.Iman
Kristen diperdalam oleh perayaan Perjamuan Tuhan. Oleh karena itu ekaristi
harus sering direyakan. Banyak perbedaan teologi, liturgi dan praktek yang
berhubungan dengan frekuensi yang berbeda-beda dengan yang Perjamuan Kudus
dirayakan.
Panggilan terhadap seluruh
orang-orang Allah
1. Dalam
dunia yang rusak, Allah memanggil seluruh umat manusia untuk menjadi umat
Allah. Untuk tujuan ini Allah memilih Israel dan kemudian berbicara dengan cara
yang unik dan menentukannya dalam Yesus Kristus, Anak Allah. Kondisi dan
penyebab seluruh manusia, Yesus sendiri dalam keilahian-Nya, memberikan diriNya
sebagai kurban untuk semua. Kehidupan pelayanan Yesus, kematian dan
kebangkitan-Nya, yang berkelanjutan dibangun oleh kabar baik dari Injil dan
pemberian Perjamuan.sebagai pondasi dari sebuah komunitas baru. Roh Kudus
menyatukan orang-orang yang mengikuti Yesus Kristus dalam satu tubuh dan
mengirimkannya sebagai saksi ke dunia. Dimiliki gereja berarti hidup dalam
persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus dalam perantaraan Roh Kudus.
2.
Kehidupan gereja didasarkan pada kemenangan Kristus
atas kuasa jahat dan kematian, dicapai sekali untuk semua. Kristus menawarkan
pengampunan, mengajak untuk bertobat.
III.
Tanggapan
Sakramen Perjamuan Kudus berasal dari perjamuan yang diadakan
Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada malam Ia ditangkap untuk disalibkan (I
Kor 11:23 dyb; Mark 14:22 ydb; Mat 26:26 ydb; Luk 22:14 dyb). Perjamuan pada
malam itu diadakan berhubungan dengan upacara Yahudi yang dinamai Pesakh.
Melalui bentuk Aramnya Paskha yang berasal dari kata Ibrani Pasakh פסח artinya “berlalu”
atau “melewati/lewat dari” (Kel 12:13). “Pesakh” itu menunjuk kepada Perjanjian
yang diadakan Allah dengan Israel dalam melepaskan bangsa ini dari perbudakan
di tanah Mesir (Ul 16:1).
Ketika Yesus
merayakan perjamuan Paska untuk penghabisan kalinya Ia mengambil roti,
memecahkannya serta memberikannya kepada murid-murid-Nya, sambil berkata
“inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan
akan Aku!” (I Kor 12:24). Lalu Ia berkata “Cawan ini ialah perjanjian baru yang
dimateraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini setiap kali kamu meminumnya menjadi
peringatan akan Aku” (I Kor 11:25). Berdasarkan perkataan-perkataan inilah maka
beberapa kali setahun Jemaat Kristen mengadakan kebaktian khusus, untuk
merayakan perjamuan kudus.
Dengan cara
yang sangat mengesankan, Perjamuan Kudus menghadapkan kita kepada kematian
Kristus. Namun demikian, tak boleh kita merayakannya dengan kedukaan seperti
lazimnya upacara penguburan! Sebab di dalam kebangkitan Kristus telah menjadi
nyata kepada kita, bahwa kematianNya itu telah menerbitkan keselamatan bagi
kita. Keselamatan itu diberitakan kepada kita melalui Perjamuan Kudus, dan oleh
pekerjaan Roh Kudus bolehlah kita ambil bagian dalam keselamatan itu. Sebab itu
baiklah kita rayakan Perjamuan Kudus sebagai suatu pesta yang penuh kesukaan.
Merayakan
Perjamuan Kudus berarti: mempunyai persekutuan dengan Kristus yang telah
bangkit, dengan Tuhan yang hidup. Perjamuan Kudus tidak saja menunjuk ke
belakang, melainkan juga kedepan: perjamuan itu dirayakan sampai Ia datang (I
Kor 11:26). Kita sedang di tengah jalan, menuju ke Perjamuan di masa depan,
dimana Jemaat Kristus sungguh dipersatukan dengan Tuhannya (Why 19:6 dyb).
Apa yang
diajarkan rasul Paulus tentang Perjamuan Kudus dalam suratnya kepada jemaat
Korintus, oleh Alm. DS Riedel telah disimpulkan sebagai berikut: 1) Perjamuan
Kudus adalah memperingati kematian Kristus 2) Pada Perjamuan itu diberikan
kepada kita, bahwa kematian Kristus merupakan peristiwa yang mendatangkan
penebusan dan perdamaian 3) Perjamuan itu bersaksi tentang Perjanjian Baru,
yang diadakan Allah dengan umat-Nya oleh dan didalam kematian Kristus 4)
Perjamuan Kudus itu adalah perjamuan yang menyatakan persekutuan dengan Yesus
Kristus, Tuhan yang hidup 5) Persekutuan dengan Kristus itu mengadakan
persekutuan antara orang-orang beriman satu sama lain 6) Pada perayaan
Perjamuan Kudus kita diajak memandang dan menggantungkan harapan kita kepada
Yesus Kristus yang akan datang untuk menyatakan kerajaan-Nya dengan
terang-terangan (tafsiran surat Korintus karangan DS. Riedel hlm. 114)
AJARAN KATOLIK ROMA TENTANG EKARISTI
Augustinus
(430) telah terpaksa menentang pandangan bahwa seolah-olah pada perjamuan
kudus atau Eukaristia itu roti dan
anggur berubah zatnya menjadi tubuh dan darah Kristus. Pada abad ke-9, Rad
Bertus (870) mengajarkan, bahwa pada saat imam mengulangi perkataan-perkataan
Yesus yang tersebut di atas, zat atau substansi roti dan anggur itu diubah oleh
kemahakuasaan Allah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi).
Ratramnus menolak (868) dan berpendapat bahwa Perjamuan itu harus diartikan
secara kiasan. Hingga pada konsili ke-4 Lateran (1215) ajaran transsubstansiasi
disahkan menjadi dogma gereja dan dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274),
selanjutnya konsili Trente (1545-1563), menguatkan dan meneguhkan dogma tentang
transsubstansiasi itu.
Untuk
memehami ajaran Katolik Roma tentang Ekaristi dapat di lihat sebagai berikut
“Ekaristi kudus itu Kurban dan Sakramen dimana Yesus dalam rupa roti dan anggur
mengurbankan DiriNya, disambut dan tetap berada” . . . “Kurban yang sama
seperti disalib, hanya tanpa menumpahkan darah dengan perantara Imam” . . . ”Sebelum
konsekrasi di Altar ada roti dan anggur” . . . “sesudah konsekrasi di altar ada
tubuh dan darah Kristus, yaitu Kristus sendiri . . . (konsekrtasi=roti dan
anggur di atas altar di sucikan atau ditahbiskan oleh imam, dengan mengulangi
perkataan-perkataan Yesus yang menetapkan Perjamuan Kudus). Bila imam
memecahkan Hosti Kudus (roti yang telah ditahbiskan), maka Kristus tetap ada
dengan utuhnya dalam tiap bagian, maka Ekaristi itu Sakramen yang terkudus,
sebab yang berada di situ ialah Yesus sendiri sebagai Allah dan manusia.
Kristus
seluruhnya ada terdapat dalam semua bagian, baik bagian roti maupun bagian
anggur, bagaimana kecilnya sekalipun. Sehingga setiap orang yang menerima roti
atau sebagiannya, menerima Kristus seluruhnya sehingga tak perlu lagi
diterimanya juga cawan minuman. Sebab itu di dalam gereja Roma Katolik cawan
minuman tidak diberikan kepada orang-orang awam.
Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa: 1) kehadiran Kristus dalam Ekaristi,
di dalam keutuhanNya selaku Allah serta manusia, adalah suatu hal yang tidak
boleh tidak ada, Ia ada terdapat di atas altar. 2) maka tak dapat tidak rahmat
ada terkandung di dalam zat-zat roti dan anggur, dan terikat kepada zat-zat
itu. 3) pada saat orang menerima “komuni kudus”, rahmat Allah dimasukkan ke
dalam diri manusia dan secara otomatis menghasilkan faedahnya.
Dasar teologi untuk penetapan Perjamuan Kudus yang diteruskan
bagi umat Kristen sampai pada hari ini,
antara lain: 1 Kor. 11 : 23-25 yang dianggap merupakan sumber tertua.
Selanjutnya beberapa nas lain, seperti: Mrk. 14: 22-25; Mat.26: 26-29; Luk. 22:
15-20 dan Yoh. 6: 51c. Makna dari
Perjamuan Kudus ini umumnya dikaitkan erat dengan penghayatan umat Kristen
terhadap karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus lewat peristiwa
kematian dan kebangkitan-Nya.[4]
Dan apabila dipertanyakan mengenai perkembangan tradisi ini, maka Pertanyaan
ini sebenarnya menarik untuk dikaji! Sudah banyak para teolog terkenal
mendalami persoalan ini. Kita batasi
membahas pandangan yang lebih netral saja.
Misalnya Joachim Jeremias, seorang teolog PB Jerman pada abad
ke-19. Dalam karyanya berjudul The
Eucharistic Words of Jesus, ia membahas: Apakah Perjamuan Malam yang
dilakukan Yesus bersama murid-murid-Nya adalah Perjamuan Paskah? Kesimpulannya menyebutkan bisa mungkin
ya! Tetapi sekalipun Perjamuan Malam itu
dikategorikan sebagai Perjamuan Paskah, namun di dalam praktiknya menurut
Jeremias, Yesus sendiri telah mengisi dengan bentuk dan pemahaman yang baru, melalui
penekanan-Nya terhadap “makna roti dan anggur”
dalam Perjamuan itu yang berkaitan dengan karya keselamatan dari
pada-Nya dan hal yang bersifat eskatologi.[5]
BEM berkaitan dengan Ekaristi dalam lima judul:
1. Syukur kepada Bapa
2. Memorial Anak
3. Doa Roh Kudus
4. Komuni dari Setia
5. Kerajaan
1. Syukur kepada Bapa
2. Memorial Anak
3. Doa Roh Kudus
4. Komuni dari Setia
5. Kerajaan
Karena semua doa
Ekaristi mengungkapkan dan mengatur apa yang dilakukan
dalam Misa adalah "untuk bersyukur." Syukur untuk apa yang
Tuhan telah lakukan bagi manusia dan
membuat manusia yang sempurna (penciptaan) dan menyelamatkan kita (redemption)
selalu di garis depan dalam ibadah kita. Itulah mengapa kita dapat membuat
"Ekaristi" bahkan ketika kita merayakan kematian. Doa orang Kristen
memiliki arah tradisional yang diarahkan
kepada Bapa, tetapi hal itu dilakukan melalui Kristus, karena dalam Ekaristi
(serta semua doa liturgis kami) itu adalah hidup Kristus, kematian, dan
meningkatnya (Misteri Paskah) yang memberi kita akses dengan yang ia disebut
"Abba."[6]
Secara Teologis, baptisan bisa didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk
bersatu atau berkenalan dengan seseorang, kelompok tertentu, pesan tertentu,
atau kejadian tertentu. Baptisan dalam
agama misteri Yunani menghubungkan para calon penganut dengan agama
tersebut. Baptisan dalam agama Yahudi menghubungkan
pemeluk agama baru itu denganYudaisme. Baptisan
Yohanes Pembaptis menghubungkan para pengikut Kristus dengan BeritaNya
tentang kebenaran (secara kebetulan, Yohanes Pembaptis nampaknya merupakan
orang pertama yang pernah membaptiskan orang lain—biasanya baptisan dilakukan
sendiri). Karena Yakobus dan Yohanes dibaptis dengan Baptisan Kristus, maka berarti Baptisan Kristus dihubungkan dengan penderitaanNya (Markus
10:38-39). Dibaptis dengan Roh Kudus menghubungkan
seseorang dengan tubuh Kristus (1 Kor12:13) dan dengan kehidupan baru di dalam
Kristus (Rm 6:1-10). Dibaptis di dalam
Musa berarti mengakui kepemimpinanannya dalam membawa orang Israel
keluar dari Mesir (1 Kor 10:2). Dibaptis
bagi orang mati berarti berada di pihak kelompok Kristen dan mengambil
tempat sebagai orang Percaya yang telah meninggal (1 Kor 15:29). Baptisan Kristen berarti pengenalan
terhadap berita Injil, pribadi Juruselamat, dan kelompok orang-orang percaya.[7]
Perjamuan kudus adalah salah satu dari
sakramen kudus yang diakui oleh gereja-gereja. Berdasarkan
hal itu, jelas bahwa sakramen-sakramen tersebut merupakan panggilan untuk
memasuki persekutuan perjanjian anugerah dengan Allah dan juga sebagai
perjanjian persekutuan yang dikehendaki Allah bagi manusia (bnd.
Kej. 19:12; 17:1). Pembaharuan perjanjian setiap orang dengan Allah dan dengan
sesama, bukan lagi berdasarkan ketaatan, melainkan oleh anugerah dan kasih
karunia Allah sendiri di dalam Kristus. (bnd. Rom. 4:11; Mrk. 1:4; 16:16; Rom.
6:3).
Dengan
kata lain ikatan-ikatan yang lama antara manusia berdosa dengan Allah telah diperbaharui sakramen yaitu
melalui pernyataan Allah yang memerdekakan.[8]
Manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa menerima berkat keselamatan dari sumber
anugerah yang kekal yaitu Allah dalam kebajikan dan kemurahan hati Yesus
Kristus. Melalui karya Roh Kudus sakramen akan bekerja dalam diri orang-orang
berdosa yang menghubungkan anugerah Ilahi kepadanya yaitu keselamatanNya.[9]
Oleh karena itu sakramen menandai masuknya seseorang ke dalam persekutuan
dengan Tuhan dan dengan sesama di dalam gereja. Persekutuan dengan sesama
dengan tubuh dan darah Yesus Kristus untuk menerima keselamatan. Persekutuan
dari orang-orang berdosa dimana sakramen sebagai tanda pertobatan dan sarana untuk memperoleh
pengampunan dosa.[10]
Sakramen adalah saluran
anugerah Allah atau saluran kasih karunia Allah. Sakramen adalah perjanjian
anugerah atau perjanjian kasih karunia Allah tentang keselamatan manusia.
Sakramen menjadi saluran sukacita bagi setiap orang untuk memasuki suatu
perjanjian keselamatan dengan Allah. Oleh karena itu maka perjanjian
keselamatan itu harus senantiasa diterima, dijalani dan dilaksanakan dengan
penuh kesetiaan dan penuh ucapan syukur maupun sukacita. Maksudnya ialah bahwa
setiap orang yang telah menerima baptisan dan perjamuan kudus akan melihat
sakramen sebagai perjanjian yang menyelamatkan, pernyataan kesetiaan dan pengakuan
iman dari setiap orang kepada Kristus yang mengasihi manusia.
Ada
dua hal dalam baptisan kudus yang dapat dipegang orangtua yang menyaksikan
baptisan sebagai firman Allah, yaitu:
a.
Baptisan Kudus
menandakan dan memberikan jaminan akan “uluran tanganNya kepada anak-anak”
bahwa bukan manusia yang terlebih dahulu mengasihi Allah, melainkan Allah
mendahulukan rahmatNya mengasihi manusia (1 Joh. 4:10).
b.
Baptisan Kudus
menandakan dan memberikan jaminan bahwa anak-anak ikut serta memperoleh
Kerajaan Allah, dimana Tuhan Yesus menjalankan pemerintahanNya di bawah
perlindungan kasih untuk mengalahkan kuasa-kuasa dosa, maut dan iblis di dalam
kematianNya (Kol. 1:13-14).
Martin
Luther berpendapat bahwa tujuan dari pada baptisan adalah agar
orang memiliki kesukaan kekal. Hal itu sesuai dengan perkataan Tuhan
Yesus: “siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan…” (Mrk. 16:16).
Kesukaan kekal tidak lain dari pada dibebaskan dari dosa, maut dan iblis, masuk
ke dalam Kerajaan Kristus dan hidup bersama dengan Dia selama-lamanya.
Dalam Perjanjian Lama, Allah melakukan perjanjian dengan umatNya dengan
tanda yaitu sunat. Sunat dilakukan oleh bangsa Israel dengan mewajibkan anak
yang berumur 8 hari untuk melakukan sunat. Sunat merupakan adat pada zaman itu
dan juga di Mesir dan Syria.[11] Di dalam Perjanjian Lama
tidak ada pernyataan langsung yang menyatakan baptisan secara langsung seperti
yang ada di Perjanjian Baru. Memang peristiwa baptisan itu sendiri secara jelas tampak di dalam Perjanjian Baru.
Namun, beberapa peristiwa di dalam Perjanjian Lama menjadi kiasan akan baptisan
itu sendiri yaitu perjalanan
orang-orang Israel melintasi laut (laut Teberau).
“Aku mau, supaya kamu mengetahui,
saudara-saudara, bahwa nenek-moyang kita semua berada di bawah perlindungan
awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa
mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1Kor. 10:1-2 ; bnd.
Kel. 13:21-22 ; 14:22-29).[12]
Selain itu juga peristiwa Air Bah dipakai sebagai peristiwa baptisan bagi
bangsa Israel.
“Allah
tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dimana
hanya sedikit yaitu hanya delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.
Juga kamu sedang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan
untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati-nurani
yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah
kanan Allah, sebab Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan
ditaklukkan kepadaNya” (1 Ptr. 3:20-22 ; bnd. Kej. 6:1-7,24).[13]
Dalam kiasan-kiasan
tersebut diatas baptisan digambarkan sebagai penyucian, pembersihan dan
penguburan, dan hal itu terjadi dengan air (dilayani dengan air) bukan di dalam
air.[14]
Sebagaimana halnya dalam Perjanjian Lama di mana sunat
memasukkan orang ke dalam perjanjian kasih karunia Allah sehingga orang itu
menjadi umat Allah, demikian juga baptisan dalam Perjanjian Baru. Baptisan
memasukkan orang ke dalam perjanjian Allah yang telah diperbaharui dan dipenuhi
oleh Kristus (Kol.2:11-12).[15]
Melalui baptisan orang kristen menjadi manusia
baru, yang dipersatukan dengan Kristus dalam kematian, kebangkitan dan
KerajaanNya, dan ikut memiliki kekuasaan dalam zaman baru Kerajaan Allah oleh
Roh Kudus. Namun pada pihak lain, sifat lama masih tetap merupakan kenyataan
yang pahit, yang masih saja bertahan terus. Sifat itu menyeret orang kristen
menjauhi keberhasilan moral yang menjadi tujuannya dalam kehidupan yang baru.
Oleh karena itu orang percaya bersukacita karena kedatangan Kerajaan Allah,
kenyataan keselamatan yang kekal, dan berkat-berkat zaman baru dalam
persekutuan Kristus. Di samping itu, orang Kristen tetap merindukan pembebasan,
kedatangan Kerajan Allah yang
terakhir, penggenapan keselamatan dan munculnya manusia baru dalam Kristus.[16]
Di
samping itu baptisan adalah proklamasi dari karya penyelamatan Allah di dalam
dunia. Keselamatan ini mencakup segala sesuatu. Sebab penebusan yang dikerjakan
oleh kematian dan kebangkitan Kristus, bukan hanya untuk beberapa orang “percaya”
saja, tetapi untuk seluruh dunia. Baptisan Kristus yang merupakan kiasan
(umpama) dari baptisan orang percaya, berlaku untuk seluruh umat manusia.
Itulah sebabnya Yesus Kristus mengutus murid-muridNya untuk memberitahukan
Injil kepada segala bangsa (= oikumene) dan untuk membaptis mereka. Karena itu
baptisan bukan hanya kesaksian tentang keselamatan kita (pribadi) saja, tetapi
juga proklamasi tentang keselamatan Allah untuk dunia. Melalui penerimaan
baptisan kuasa kebangkitan Kristus di bawa masuk ke dalam dunia manusia, dan
menghantarkan orang-orang percaya untuk semakin dekat tibanya pada akhir zaman.
Orang-orang yang dibaptis adalah buah-buah sulung dari ciptaan baru, yang dalam
harapan akan mendapat bagian dalam keselamatan yang mencakup segala sesuatu
itu.[17]
Siapa
yang dibaptis akan mati dan dikuburkan bersama-sama dengan Kristus. Kematian
itu adalah kematian untuk kehidupan, sebab Kristus yang disalibkan adalah juga
Kristus yang bangkit. Dalam baptisan kita dihisabkan kepada Kristus dan
mendapat bagian dalam kebangkitanNya. Demikianlah baptisan itu adalah sakramen
eskatologis: akhir zaman menjadi masa kini, kebangkitan menjadi kenyataan.
Memang kebangkitan itu baru akan terjadi di masa depan, tetapi masa depan itu
telah menentukan kehidupan masa kini dari orang-orang yang dibaptis. Kehidupan
baru adalah suatu kehidupan dari kebangkitan di masa depan. Masa kini orang
kristen ditentukan oleh masa depan dari Kristus yang memberikan baptisan
kepadanya. Di dalam Kristus orang yang dibaptis itu adalah ciptaan baru, dosa
dan maut tidak berkuasa lagi. Kristus adalah Tuhan satu-satunya.[18]
IV.
Kesimpulan
1. Baptisan
adalah tanda kehidupan baru melalui Yesus Kristus. Ini menyatukan yang dibaptis
dengan Kristus dan dengan umat-Nya. Baptisan berarti berpartisipasi dalam
kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.
2. Ekaristi
dasarnya sakramen yakni karunia yang Tuhan berikan untuk kita dalam Kristus
melalui kuasa Roh Kudus. Kristus makan dan minum dari roti dan anggur merupakan
gambaran persekutuan dengan dirinya sendiri. Tindakan Allah sendiri memberikan
kehidupan kepada tubuh Kristus dan memperbaharui setiap anggota.
3. Seluruh
manusia terpanggil untuk menjadi umat Allah, dan Perjamuan merupakan penetapan
dan dasar dari sebuah persekutuan umat Allah yang dipersatukan oleh Roh Kudus
untuk menjadi satu di dalam Kristus Yesus.
[1] WCC, Baptism-Eucharisty-Ministry, Geneva
1982: hlm: 1-6.
[2] WCC, Baptism…., hlm: 8-13.
[3] WCC, Baptism.., hlm. 18-32.
[4] O. Culmann dan F.J.Leenhardt, Essays on the Lords Supper, Lutterworth
Press, London 1959: hlm. 17-20
[5] J. Jeremias, The Eucharistic Words of Jesus, Fortess
Press, Philadelphia: hlm. 1981, 15
[6] john f. baldovin, s.j, The Eucharisti: the
center of the catholik life, HEFFERNAN HOUSE, BOSTON 2011: hlm. 2.
[8]
G.W. Bromiley, Sacramental Teaching
and Practice in the Reformation Churches, WM.B. Eerdmans
Publishing Company, MichigAN 1989: hlm. 604.
[9]
Henry C. Thiessen, Lectures In
Systematic Theology, Grand Rapids William B. Eerdmans
Publishing Company, Michigan 1989: hlm.
604.
[10]
C.J. den Heyer, Perjamuan
Kudus, BPK-GM, Jakarta 1997: hlm. 61-68
[11] Lih. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996: hlm. 237.
[12] Lih. G. R. Beasley – Murray, Baptism, Inter Varsity Leicester,
London 1988: hlm. 70.
[14]Banyak Gereja berpendapat, bahwa baptisan harus
dilayani dengan jalan penyelaman. Pendapat ini diperkuat oleh kata “baptisan”,
yang diambil-alih dari kata Yunani “baptizein”, yang artinya menyelamkan
(Lih. J.D Douglas (ed.), “Baptism” dalam buku The New Bible Dictionary, Inter-Varsity Press, London 1975:
hlm. 132).
[15] Lih. G. C. van Niftrik (dkk.), Dogmatika Masa Kini, BPK Gunung Mulia,
Jakarta 2000: hlm. 442.
[16]
Bruce Milne, Mengenali Kebenaran;
Panduan Iman Kristen (terj), BPK-GM, Jakarta 2000: hlm. 347.
[17]
Lih. J.L.Ch. Abineno, Pemberitaan
Firman Pada Hari-hari khusus 1, BPK-GM, Jakarta 1972: hlm. 102-103.