I.
Baptisan Kudus
- Telah diamanatkan oleh Tuhan Yesus yang telah
bangkit (Matius 28 : 19-20; Mrk. 16 : 15-16).
Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia
memberi perintah kepada murid-muridNya: “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu”(Mat. 28:19-20). Dari sini jelaslah bahwa
baptisan bukan hasil penemuan manusia, melainkan penetapan Tuhan sendiri. Tuhan
berkenan menghubungkan baptisan dengan kematian Tuhan Yesus, yang mendatangkan
keselamatan, atau berkenan menghubungkannya dengan perjanjianNya yang telah
diperbaharui di dalam Kristus. Oleh
karena itu baptisan tidak boleh dipisahkan dari karya penyelamatan Kristus.
Sebab Kristus adalah pemenuhan baptisan yang merupakan tanda karya
penyelamatanNya, yang mendamaikan Allah dengan manusia.
Baptisan itu adalah pekerjaan yang
kudus, sebab Tuhan Yesus sendirilah yang memerintahkannya serta di dalamnya
terkandung janji Allah yaitu kasihNya (Mat. 28:19; Mrk. 16:16; Kis. 2:38).
Baptisan menjadikan orang Kristen partisipan dari rahasia kematian dan
kebangkitan Kristus, mencakup pangakuan dosa dan peertobatan hati. Baptisan itu
mempersatukan setiap orang yang percaya kepada Tuhan.
Baptisan sebagai salah satu manifestasi
amanat agung Tuhan Yesus, telah menjadi doktrin dan formula yang harus
diwujudkan dalam menunjukkan jati diri seorang Kristen. Bahkan Martin Luther
secara tegas meletakkan salah satu ciri gereja yang benar adalah apabila
sakramen, termasuk di dalamnya baptisan, dijalankan secara konsisten.
Dalam
perkembangan selanjutnya, masalah baptisan tetap menjadi persoalan yang hangat.
Kehidupan gereja selalu diwarnai oleh gejolak permasalahan tentang baptisan.
Gereja-gereja sering berbeda pemahaman terutama tentang cara pelaksanaan
baptisan. Dari gereja mula-mula sampai zaman reformasi, para teolog berusaha
memberi arti baptisan kepada umat Kristen. Sesungguhnya hal itu disebabkan
karena baptisan dianggap sangat penting dalam ajaran Kristen. Martin Luther
mengatakan bahwa baptisan bukanlah kata-kata manusia belaka melainkan telah
ditetapkan oleh Allah sendiri yang telah memberi perintah yang sunguh-sungguh
dan tegas agar kita di baptis, atau jika tidak, kita tidak akan menerima
kesukaan yang kekal.[1]
2.
Telah
dilakukan dalam dan oleh gereja di zaman para rasul
Kisah Para Rasul 8, dimana Filipus diutus Tuhan
untuk memberitakan Yesus kepada orang Ethiopia, seorang sida-sida. Pada saat
itu orang tersebut langsung mengaku imannya dan langsung diizinkan untuk
menerima baptisan: “lihat, “dia berkata”, di situ ada air, apakah halangannya
jika aku dibaptis ? Sahut Filipus: “jika tuan percaya dengan segenap hati,
boleh”. Dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan
Filipus membaptis dia (Kis. 8:26-40).
Akan tetapi dalam baptisan itu bukan permandian atau
pemercikan yang penting, dan bukan juga penghapusan kecemaran jasmani yang
menjadi tujuan baptisan. Hal itu jelas terlihat dalam 1 Petrus 3:21 “juga kamu
sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan, maksudnya bukan untuk
membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang
baik kepada Allah, oleh kebangkitan Yesus Kristus”. Jadi pembasuhan dengan air
baptisan adalah satu kiasan, satu tanda dari pembasuhan dosa.
Baptisan adalah tanda yang menandai perjanjian Allah. Oleh karena itu baptisan
menggambarkan janji-janji Allah, yaitu bahwa karena korban Kristus Tuhan Allah
berkenan mengampuni dosa orang yang dibaptis dan memberikan hidup yang kekal
kepadanya.[2]
Baptisan memperlihatkan apa yang dikerjakan Allah dalam diri kita. Baptisan
bukanlah air semata-mata melainkan air yang melaksanakan menurut perintah Allah
dan dihubungkan dengan Firman Allah.[3]
3.
Bagian
Tiga.
Keselamatan yang dikaruniakan Allah
kepada manusia melalui baptisan, di dalam Alkitab dilukiskan dengan berbagai
kiasan. Pertama, kiasan yang dipakai oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada
jemaat di Roma. Dalam kiasan itu baptisan
dilihat sebagai partisipasi dalam
kematian dan kebangkitan Kristus :“Apakah kamu tidak tahu, bahwa kita
semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya ?
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan
dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm. 6:3-4 ; bnd. Kol. 2:12). Kedua,
kiasan yang dipakai oleh rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat
di Korintus. Dalam kiasan ini baptisan
digambarkan sebagai penyucian, pembenaran dan pengudusan yang Allah kerjakan
dalam Kristus dan dalam Roh Kudus : “Tetapi kamu telah memberi dirimu
disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus
Kristus dan dalam nama Roh Kudus” (1 Kor. 6:11 ; bnd. Ef.
5:26).
Ketiga, kiasan yang dipakai oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul dan oleh
penulis surat Ibrani. Dalam kiasan ini baptisan digambarkan sebagai penyucian dari
dosa dan pembersihan dari hati-nurani yang jahat. Penyucian dan
pembersihan ini bukan saja berlaku
tehadap kesalahan dan dosa yang diampuni, tetapi juga terhadap noda-nodanya. Keduanya
memateraikan baik pembenaran maupun
pengudusan :“Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu ? Bangunlah,
berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan, sambil berseru kepada nama
Tuhan” (Kis. 22:16). “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang
tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah
dibersihkan dari hati-nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air
yang murni” (Ibr. 10:22).Keempat, kiasan yang dipakai oleh rasul Paulus dalam
suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Dalam kiasan ini pembaptisan dilukiskan sebagai perjalanan
orang-orang Israel melintasi laut (Laut Teberau) :“Aku mau, supaya kamu
mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek-moyang kita semua berada di bawah
perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi
pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Kor.
10:1-2 ; bnd. Kel. 13:21-22 ; 14:22-29).
Kelima kiasan yang dipakai oleh rasul Petrus dalam
suratnya yang pertama kepada orang-orang Kristen-Yahudi yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapodokia, dan lain-lain.
Dalam kiasan itu air bah dilihat
sebagai tipe baptisan : “Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh
sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit yaitu hanya delapan
orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sedang diselamatkan oleh
kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan
jasmani, melainkan untuk memohonkan hati-nurani yang baik kepada Allah – oleh
kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, sebab Ia naik ke
sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya” (1
Ptr. 3:20-22 ; bnd. Kej. 6:1-7,24).
Dalam
kiasan-kiasan tersebut di atas baptisan digambarkan sebagai penyucian,
pembersihan dan penguburan, dan hal itu terjadi dengan air (dilayani dengan
air) bukan di dalam air.[4]
4. Bagian Empat
Menurut Donald Guthrie Baptisan adalah kematian
bersama dengan Kristus, di mana kematian itu adalah kematian kepada dosa dan
maut. Kebangkitan bersama dengan Kristus adalah kemenangan dari dosa, maut dan
kematian.[5]
Dengan demikian baptisan itu sepenuhnya adalah pemberian yang Kudus yaitu
pengampunan akan dosa, hidup baru dan perdamaian dengan Allah. Donald Guthrie
selalu menghubungkan baptisan dengan pertobatan yaitu pembaharuan hidup.
Dalam
hal ini Donald Guthrie sependapat dengan Bartclay yang mengatakan[6]
bahwa baptisan itu melambangkan kematian dan kebangkitan kembali. Mati untuk
satu macam kehidupan dan bangkit untuk satu kehidupan yang lain. Manusia mati
terhadap kehidupan yang lama di dalam dosa dan bangkit untuk kehidupan yang
baru yang penuh kasih karunia. Menurut Barclay orang yang masuk dalam
persekutuan kristen adalah orang yang masuk dan yang bertekun dalam cara hidup
yang sama sekali baru. Apabila manusia menerima Kristus maka haruslah ada
perubahan etis yang mendasar sebagai wujud daripada hidup baru.
5. Gereja
Demikian halnya dengan
persekutuan orang percaya yang telah dipersatukan melalui (dalam) baptisan
kudus. Persekutuan dengan Kristus adalah selalu mendatangkan kegembiraan bagi
sesama yang mengikutinya, yaitu pesta kemenangan atas kuasa dosa. Bersekutu
dengan Kristus berarti diangkat dari dosa-dosa, yang dahulunya “dibuang”, tidak
layak menjadi dilayakkan. Persekutuan yang menunjukkan bahwa setiap orang
berasal dari satu tubuh yang dipecah-pecahkan menjadi banyak tubuh.
Baptisan bukan saja merupakan tanda hidup baru
tetapi juga menciptakan, memulai dan
meneruskan hidup baru itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam baptisan kita
diberi anugerah, Roh dan kekuatan untuk
menekan manusia lama, sehingga manusia baru dapat muncul dan bertumbuh kuat.[7]
II.
Perjamuan
Kudus
1. Telah
diamanatkan oleh Tuhan Yesus sebagai tanda kehadiran-Nya dan tanda peringatan
akan kematian, kebangkitan dan kdatangan
Dalam
Perjamuan Kudus, dengan memakan tubuh Kristus dan meminum darah Kristus, umat
diteguhkan imannya. Perjamuan Kudus itu menjadi penghiburan bagi mereka yang
menyesal akan dosa-dosanya, agar iman mereka menjadi kuat. Sebagai konsekuensi
kita menerima berkat dan penghiburan dari Allah, maka kita diharapkan untuk
menyerahkan segenap hidup kita kepadaNya, agar kita menjadi miliknya.[8]
Dalam konfessi HKBP tahun 1951[9] Perjamuan Kudus adalah memakan roti dan anggur sebagai
“parhitean” untuk menerima tubuh dan darah Kristus, supaya kita memperoleh
keampunan dosa, hidup dan sejahtera. Dari penjelasan ini terlihat suatu makna
Perjamuan Kudus itu dalam kehidupan umat percaya yaitu sebagai upaya memperoleh
keampunan dosa dan hidup yang kekal. Roti dan anggur adalah sebagai “parhitean” untuk menerima daging dan
darah Kristus, dalam hal ini Kristus benar-benar hadir melalui Firman yang
diungkapkan atas roti dan anggur tersebut. Sementara itu dalam konfessi yang
berikutnya (tahun 1996)[10] penjelasan itu semakin diperluas dengan mengembangkan
paham mengenai substansi roti dan anggur tersebut. Sehingga bunyi dari konfessi
tahun 1996 menjadi sebagai berikut:
“Perjamuan Kudus adalah memakan roti sebagai saluran tubuh Tuhan Yesus Kristus dan meminum anggur
sebagai saluran darah Tuhan Yesus Kristus agar kita menerima keampunan dosa,
kehidupan dan kebahagiaan. Perjamuan kudus adalah pesta sukacita bagi orang
yang ikut, karena itu adalah pendahuluan dari persekutuan yang kekal. Dan itu
juga adalah tanda syukur mengingat penebusan Tuhan Yesus Kristus dan jalan
menerima kasih karuniaNya”.
“Ya Tuhan Allah yang Maha Kasih, Bapa kami dalam surga, kasihanilah kami ya
Allah, datanglah kepada kami yang berkupul di sini. Sementara kami
menerima Perjamuan Kudus itu, berikanlah kepada kami roh Kudus
agar iman kami kepada Tuhan Yesus Kristus, AnakMu, yang telah mati untuk
menebus kami semakin diteguhkan. Engkau telah menyerahkan AnakMu, Tuhan Yesus
karena kami. Berikanlah Dia kepada kami, supaya bersekutu dengan Dia. Untuk itulah kami
datang supaya kami menerima daging dan darah Tuhan Yesus Kristus melalui
Perjamuan Kudus ini. Teguhkanlah hati kami kepada Tuhan Yesus, agar
kami menyerahkan segenap hidup kami kepadaNya, sebab Dialah perlindungan dan
kehidupan kami. Hiburkanlah hati kami yang sarat oleh penderitaan dunia ini,
supaya kami bertekun dalam penderitaan yang kami tanggung, karena nama-Mu. Kuatkanlah
kami menyangkal diri agar kami sanggup mengikuti Tuhan Yesus Kristus
dan memebritakan Nama-Nya yang kudus. Gerakkanlah hati kami semakin rindu
kepada hidup yang kekal, serta menantikan kedatangan-Nya kelak untuk mengubah
tubuh kami yang hina dan fana ini sama seperti tubuh-Nya yang kekal itu pada
hari kebangkitan kelak. Amin”
3.bagian 3
HKBP
mengikuti ajaran reformator Martin Luther tentang Perjamuan Kudus. Hal ini
jelas dalam Katehismus dan Konfessi HKBP: “Perjamuan Kudus adalah memakan roti
sebagai saluran tubuh Tuhan Yesus Kristus dan meminum anggur sebagai saluran
darah Yesus Kristus agar kita menerima keampunan dosa, kehidupan dan
kebahagiaan. Perjamuan Kudus adalah pesta sukacita bagi orang yang
mengikutinya, karena itu adalah pendahuluan persekutuan yang kekal. Dan itu
juga adalah tanda syukur mengingat penebuasan Tuhan Yesus Kristus, dan jalan
menerima kasih karunia-Nya. (Mat 26:20-30; Mrk 14:17-26; Luk 22:14-20; 1 Kor
11:17-34).[12]
5.Bagian
5
Dasar untuk pelaksanaan
Perjamuan Kudus adalah Firman Allah yang terdapat dalam 1 Korintus 11:23-28,
Matius 26:26-29, Markus 14:22-25, Lukas 22:14-20.[13]
Yang mengundang kita untuk turut serta dalam Perjamuan Kudus ialah Yesus Kistus
sendiri. Undangan-Nya disampaikan-Nya kepada semua orang yang sungguh-sungguh
mengasihi Dia dan mengaku Dia selaku Tuhan dan Juruselamatnya. Oleh karena itu,
kita harus mempersiapkan diri, setiap kali Perjamuan Kudus diadakan, supaya
kita merayakan perjamuan itu secara layak. Perayaan Perjamuan Kudus haruslah
dilakukan secara teratur dan tertib, karena hal yang demikian berkenan kepada
Tuhan. Makanya kebanyakan gereja membuat suatu peraturan, antara lain
menentukan, bahwa hanyalah anggota-anggota jemaat yang sudah sidi boleh
mengikuti Perjamuan Kudus.[14]
Hal ini mengacu pada 1 Kor. 11:28, di mana dikatakan hendaklah setiap orang
menguji dirinya sendiri. Hanya orang yang sudah dewasa dan mendapat pengajaran
katekhisasi yang bisa menguji dirinya.
Perjamuan
Kudus merupakan tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus yang sejati, di dalam dan
dengan roti dan anggur melalui sabda Kristus; seperti yang diperintahkan, kita
orang Kristen harus memakan dan meminumnya. Sakramen ini adalah roti dan anggur
yang terkandung dalam Firman Allah dan terikat pada-Nya. Firman itulah yang
membuatnya menjadi sakramen dan memisahkannya sehingga sakramen ini bukanlah
roti dan anggur biasa, melainkan tubuh dan darah Kristus dalam kenyataan maupun
sebutan.[15]
Sakramen Perjamuan Kudus adalah roti
dan anggur yang terkandung dalam Firman Allah dan terikat pada-Nya. Firman
itulah yang membuatnya menjadi sakramen dan memisahkannya sehingga sakramen ini
bukanlah roti dan anggur biasa,
melainkan tubuh dan darah Kristus dalam kenyataan maupun sebutan. Bila
kita menyingkirkan Firman itu dari roti dan anggur, atau memandang roti dan
anggur itu tanpa Firman, maka yang kita peroleh hanyalah roti dan anggur biasa.
Tetapi bila kata-kata itu tetap seperti yang dimaksudkan dan bagaimana
mestinya, maka roti dan anggur itu benar-benar dan sesungguhnya adalah tubuh
dan darah Kristus, seperti yang dinyatakan kata-kata itu.[16]
Pelaksanaan Perjamuan Kudus: Pada malam tatkala
Yesus diserahkan, Yesus mengambil roti, dan setelah mengucapkan terimakasih,
Dia memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya sambil
bekata: “Ambillah dan makanlah, inilah
tubuh-Ku yang diserahkan karena kamu. Perbuatlah seperti ini, menjadi
peringatan akan Aku. Dan demikianlah Dia mengambil cawan itu sesudah makan lalu
mengucap syukur dan berkata kepada mereka: Ambillah dan minumlah. Cawan ini
adalah Perjanjian Baru dalam nama-Ku, yang ditumpahkan untuk keampunan dosamu.
Perbuatlah seperti ini menjadi peringatan akan Aku.”[17]
6.bagian
6
Dalam Matius 28:10 Tuhan Yesus
berjanji kepada para murid-Nya, bahwa Ia akan menyertai mereka senantiasa
sampai pada akhir zaman. Dalam Matius 18:20, Tuhan Yesus berjanji, bahwa di
mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, di situ Ia ada di
tengah-tengah mereka. Dalam Efesus 3:17 disebutkan, bahwa Kristus berdiam di
dalam hati orang beriman, sedang Roma 8:35 menyebutkan bahwa tiada sesuatupun
yang akan memisahkan orang beriman
dari kasih Kristus. Semua kata-kata ini menunjukkan, bahwa di dalam hidup
sehari-hari orang beriman senantiasa bersekutu dengan Kristus, dan bahwa
persekutuan ini demikian eratnya, sehingga dikatakan, bahwa tiada sesuatupun
yang akan dapat memisahkan orang beriman daripada Kristus.[18]
[3]
Martin Luther, Khatekismus Kecil, Sakramen Baptisan Kudus, Bab V,
hlm. 26.
[4]
Lih. “Baptism” dalam buku The New Bible Dictionary, Ed. J.D
Douglas, Inter-Varsity Press, London ,
1975, hlm. 132.
[5]
Donald Guthrie, New Testament
Theology, (England:
Inter-Varcity Press, 1981), hlm. 559.
[6]
William Bartclay, The Daily Study Bible The Letter to The Romans, (Edinburg:
The Saint Andrew Press, 1983), hlm. 131-132.
[8] HKBP, Agenda di HKBP, Pematangsiantar: Percetakan HKBP, 2000. hlm. 27-28
[9]
Panindangion Haporseaon – Pengakuan Iman HKBP 1951 dan 1996, Kantor Pusat HKBP
Pearaja Tarutung, 2006, hal. 43
[10]
Ibid, hal 93
[11]
Liturgi Perjamuan Kudus dalam Agenda
HKBP Dwi Bahasa, Pematangsiantar, Percetakan HKBP, 2004, hal 28
[12] ....................., Pengakuan Iman HKBP 1951 & 1996
(Konfessi HKBP), (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2006), 93
[13] John B Pasaribu, John B Pasaribu (terj.),
Katekhismus Dr. Marthin Luther,
(Jakarta: Yayasan Borbor, 2004), 330-334
[14] Werner Pfendsack-H. J. Visch, Jalan Keselamatan, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2002), 89-90
[15] Anwar Tjen, Op.Cit, 209-214
[16] Anwar Tjen (terj.), Katekismus Besar Martin Luther, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),
208-210
[17] …………….., Agenda HKBP Bahasa Batak dan Bahasa Indonesia pinaruar ni Kantor
Pusat HKBP Pearaja-Tarutung, (Pematangsiantar: Percetakan HKBP, 2002), 24-25
[18]
Ibid, 462
Tidak ada komentar:
Posting Komentar