Senin, 14 Juli 2014

Baptisan Kudus

I.       Baptisan Kudus
  1. Telah diamanatkan oleh Tuhan Yesus yang telah bangkit (Matius 28 : 19-20; Mrk. 16 : 15-16).
Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia memberi perintah kepada murid-muridNya: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”(Mat. 28:19-20). Dari sini jelaslah bahwa baptisan bukan hasil penemuan manusia, melainkan penetapan Tuhan sendiri. Tuhan berkenan menghubungkan baptisan dengan kematian Tuhan Yesus, yang mendatangkan keselamatan, atau berkenan menghubungkannya dengan perjanjianNya yang telah diperbaharui       di dalam Kristus. Oleh karena itu baptisan tidak boleh dipisahkan dari karya penyelamatan Kristus. Sebab Kristus adalah pemenuhan baptisan yang merupakan tanda karya penyelamatanNya, yang mendamaikan Allah dengan manusia.
Baptisan itu adalah pekerjaan yang kudus, sebab Tuhan Yesus sendirilah yang memerintahkannya serta di dalamnya terkandung janji Allah yaitu kasihNya (Mat. 28:19; Mrk. 16:16; Kis. 2:38). Baptisan menjadikan orang Kristen partisipan dari rahasia kematian dan kebangkitan Kristus, mencakup pangakuan dosa dan peertobatan hati. Baptisan itu mempersatukan setiap orang yang percaya kepada Tuhan.
Baptisan sebagai salah satu manifestasi amanat agung Tuhan Yesus, telah menjadi doktrin dan formula yang harus diwujudkan dalam menunjukkan jati diri seorang Kristen. Bahkan Martin Luther secara tegas meletakkan salah satu ciri gereja yang benar adalah apabila sakramen, termasuk di dalamnya baptisan, dijalankan secara konsisten.
Dalam perkembangan selanjutnya, masalah baptisan tetap menjadi persoalan yang hangat. Kehidupan gereja selalu diwarnai oleh gejolak permasalahan tentang baptisan. Gereja-gereja sering berbeda pemahaman terutama tentang cara pelaksanaan baptisan. Dari gereja mula-mula sampai zaman reformasi, para teolog berusaha memberi arti baptisan kepada umat Kristen. Sesungguhnya hal itu disebabkan karena baptisan dianggap sangat penting dalam ajaran Kristen. Martin Luther mengatakan bahwa baptisan bukanlah kata-kata manusia belaka melainkan telah ditetapkan oleh Allah sendiri yang telah memberi perintah yang sunguh-sungguh dan tegas agar kita di baptis, atau jika tidak, kita tidak akan menerima kesukaan yang kekal.[1]
2.        Telah dilakukan dalam dan oleh gereja di zaman para rasul
Kisah Para Rasul 8, dimana Filipus diutus Tuhan untuk memberitakan Yesus kepada orang Ethiopia, seorang sida-sida. Pada saat itu orang tersebut langsung mengaku imannya dan langsung diizinkan untuk menerima baptisan: “lihat, “dia berkata”, di situ ada air, apakah halangannya jika aku dibaptis ? Sahut Filipus: “jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh”. Dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia (Kis. 8:26-40).
Akan tetapi dalam baptisan itu bukan permandian atau pemercikan yang penting, dan bukan juga penghapusan kecemaran jasmani yang menjadi tujuan baptisan. Hal itu jelas terlihat dalam 1 Petrus 3:21 “juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan, maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah, oleh kebangkitan Yesus Kristus”. Jadi pembasuhan dengan air baptisan adalah satu kiasan, satu tanda dari pembasuhan dosa. Baptisan adalah tanda yang menandai perjanjian Allah. Oleh karena itu baptisan menggambarkan janji-janji Allah, yaitu bahwa karena korban Kristus Tuhan Allah berkenan mengampuni dosa orang yang dibaptis dan memberikan hidup yang kekal kepadanya.[2] Baptisan memperlihatkan apa yang dikerjakan Allah dalam diri kita. Baptisan bukanlah air semata-mata melainkan air yang melaksanakan menurut perintah Allah dan dihubungkan dengan Firman Allah.[3]
3.        Bagian Tiga.
Keselamatan yang dikaruniakan Allah kepada manusia melalui baptisan, di dalam Alkitab dilukiskan dengan berbagai kiasan. Pertama, kiasan yang dipakai oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Dalam kiasan itu baptisan dilihat sebagai  partisipasi dalam kematian dan kebangkitan Kristus :“Apakah kamu tidak tahu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya ? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh  kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm. 6:3-4 ; bnd. Kol. 2:12). Kedua, kiasan yang dipakai oleh rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Dalam kiasan ini baptisan digambarkan sebagai penyucian, pembenaran dan pengudusan yang Allah kerjakan dalam Kristus dan dalam Roh Kudus : “Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam nama Roh Kudus” (1 Kor. 6:11 ; bnd. Ef. 5:26).
Ketiga, kiasan yang dipakai oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul dan oleh penulis surat Ibrani. Dalam kiasan ini  baptisan digambarkan sebagai penyucian dari dosa dan pembersihan dari hati-nurani yang jahat. Penyucian dan pembersihan ini bukan saja berlaku tehadap kesalahan dan dosa yang diampuni, tetapi juga terhadap noda-nodanya. Keduanya memateraikan baik pembenaran maupun pengudusan :“Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu ? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan, sambil berseru kepada nama Tuhan” (Kis. 22:16). “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati-nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibr. 10:22).Keempat, kiasan yang dipakai oleh rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Dalam kiasan ini pembaptisan dilukiskan sebagai perjalanan orang-orang Israel melintasi laut (Laut Teberau) :“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek-moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Kor. 10:1-2 ; bnd. Kel. 13:21-22 ; 14:22-29).
Kelima kiasan yang dipakai oleh rasul Petrus dalam suratnya yang pertama kepada orang-orang Kristen-Yahudi yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapodokia, dan lain-lain.   Dalam kiasan itu air bah dilihat sebagai tipe baptisan : “Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit yaitu hanya delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sedang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati-nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, sebab Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya” (1 Ptr. 3:20-22 ; bnd. Kej. 6:1-7,24).
Dalam kiasan-kiasan tersebut di atas baptisan digambarkan sebagai penyucian, pembersihan dan penguburan, dan hal itu terjadi dengan air (dilayani dengan air) bukan di dalam air.[4]

4.    Bagian Empat
Menurut Donald Guthrie Baptisan adalah kematian bersama dengan Kristus, di mana kematian itu adalah kematian kepada dosa dan maut. Kebangkitan bersama dengan Kristus adalah kemenangan dari dosa, maut dan kematian.[5] Dengan demikian baptisan itu sepenuhnya adalah pemberian yang Kudus yaitu pengampunan akan dosa, hidup baru dan perdamaian dengan Allah. Donald Guthrie selalu menghubungkan baptisan dengan pertobatan yaitu pembaharuan hidup.
Dalam hal ini Donald Guthrie sependapat dengan Bartclay yang mengatakan[6] bahwa baptisan itu melambangkan kematian dan kebangkitan kembali. Mati untuk satu macam kehidupan dan bangkit untuk satu kehidupan yang lain. Manusia mati terhadap kehidupan yang lama di dalam dosa dan bangkit untuk kehidupan yang baru yang penuh kasih karunia. Menurut Barclay orang yang masuk dalam persekutuan kristen adalah orang yang masuk dan yang bertekun dalam cara hidup yang sama sekali baru. Apabila manusia menerima Kristus maka haruslah ada perubahan etis yang mendasar sebagai wujud daripada hidup baru.

5.    Gereja
Demikian halnya dengan persekutuan orang percaya yang telah dipersatukan melalui (dalam) baptisan kudus. Persekutuan dengan Kristus adalah selalu mendatangkan kegembiraan bagi sesama yang mengikutinya, yaitu pesta kemenangan atas kuasa dosa. Bersekutu dengan Kristus berarti diangkat dari dosa-dosa, yang dahulunya “dibuang”, tidak layak menjadi dilayakkan. Persekutuan yang menunjukkan bahwa setiap orang berasal dari satu tubuh yang dipecah-pecahkan menjadi banyak tubuh.
Baptisan bukan saja merupakan tanda hidup baru tetapi juga menciptakan,  memulai dan meneruskan hidup baru itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam baptisan kita diberi  anugerah, Roh dan kekuatan untuk menekan manusia lama, sehingga manusia baru dapat muncul dan bertumbuh kuat.[7]
II.    Perjamuan Kudus
1.      Telah diamanatkan oleh Tuhan Yesus sebagai tanda kehadiran-Nya dan tanda peringatan akan kematian, kebangkitan dan kdatangan
Dalam Perjamuan Kudus, dengan memakan tubuh Kristus dan meminum darah Kristus, umat diteguhkan imannya. Perjamuan Kudus itu menjadi penghiburan bagi mereka yang menyesal akan dosa-dosanya, agar iman mereka menjadi kuat. Sebagai konsekuensi kita menerima berkat dan penghiburan dari Allah, maka kita diharapkan untuk menyerahkan segenap hidup kita kepadaNya, agar kita menjadi miliknya.[8]
Dalam konfessi HKBP tahun 1951[9] Perjamuan Kudus adalah memakan roti dan anggur sebagai “parhitean” untuk menerima tubuh dan darah Kristus, supaya kita memperoleh keampunan dosa, hidup dan sejahtera. Dari penjelasan ini terlihat suatu makna Perjamuan Kudus itu dalam kehidupan umat percaya yaitu sebagai upaya memperoleh keampunan dosa dan hidup yang kekal. Roti dan anggur adalah sebagai “parhitean” untuk menerima daging dan darah Kristus, dalam hal ini Kristus benar-benar hadir melalui Firman yang diungkapkan atas roti dan anggur tersebut. Sementara itu dalam konfessi yang berikutnya (tahun 1996)[10] penjelasan itu semakin diperluas dengan mengembangkan paham mengenai substansi roti dan anggur tersebut. Sehingga bunyi dari konfessi tahun 1996 menjadi sebagai berikut:
“Perjamuan Kudus adalah memakan roti sebagai saluran tubuh  Tuhan Yesus Kristus dan meminum anggur sebagai saluran darah Tuhan Yesus Kristus agar kita menerima keampunan dosa, kehidupan dan kebahagiaan. Perjamuan kudus adalah pesta sukacita bagi orang yang ikut, karena itu adalah pendahuluan dari persekutuan yang kekal. Dan itu juga adalah tanda syukur mengingat penebusan Tuhan Yesus Kristus dan jalan menerima kasih karuniaNya”.
Doa Perjamuan Kudus dalam Agenda HKBP[11]
“Ya Tuhan Allah yang Maha Kasih, Bapa kami dalam surga, kasihanilah kami ya Allah, datanglah kepada kami yang berkupul di sini. Sementara kami menerima Perjamuan Kudus itu, berikanlah kepada kami roh Kudus agar iman kami kepada Tuhan Yesus Kristus, AnakMu, yang telah mati untuk menebus kami semakin diteguhkan. Engkau telah menyerahkan AnakMu, Tuhan Yesus karena kami. Berikanlah Dia kepada kami,  supaya bersekutu dengan Dia. Untuk itulah kami datang supaya kami menerima daging dan darah Tuhan Yesus Kristus melalui Perjamuan Kudus ini.  Teguhkanlah hati kami kepada Tuhan Yesus, agar kami menyerahkan segenap hidup kami kepadaNya, sebab Dialah perlindungan dan kehidupan kami. Hiburkanlah hati kami yang sarat oleh penderitaan dunia ini, supaya kami bertekun dalam penderitaan yang kami tanggung, karena nama-Mu. Kuatkanlah kami menyangkal diri agar kami sanggup mengikuti Tuhan Yesus Kristus dan memebritakan Nama-Nya yang kudus. Gerakkanlah hati kami semakin rindu kepada hidup yang kekal, serta menantikan kedatangan-Nya kelak untuk mengubah tubuh kami yang hina dan fana ini sama seperti tubuh-Nya yang kekal itu pada hari kebangkitan kelak. Amin”
3.bagian 3
HKBP mengikuti ajaran reformator Martin Luther tentang Perjamuan Kudus. Hal ini jelas dalam Katehismus dan Konfessi HKBP: “Perjamuan Kudus adalah memakan roti sebagai saluran tubuh Tuhan Yesus Kristus dan meminum anggur sebagai saluran darah Yesus Kristus agar kita menerima keampunan dosa, kehidupan dan kebahagiaan. Perjamuan Kudus adalah pesta sukacita bagi orang yang mengikutinya, karena itu adalah pendahuluan persekutuan yang kekal. Dan itu juga adalah tanda syukur mengingat penebuasan Tuhan Yesus Kristus, dan jalan menerima kasih karunia-Nya. (Mat 26:20-30; Mrk 14:17-26; Luk 22:14-20; 1 Kor 11:17-34).[12]



5.Bagian 5
            Dasar untuk pelaksanaan Perjamuan Kudus adalah Firman Allah yang terdapat dalam 1 Korintus 11:23-28, Matius 26:26-29, Markus 14:22-25, Lukas 22:14-20.[13] Yang mengundang kita untuk turut serta dalam Perjamuan Kudus ialah Yesus Kistus sendiri. Undangan-Nya disampaikan-Nya kepada semua orang yang sungguh-sungguh mengasihi Dia dan mengaku Dia selaku Tuhan dan Juruselamatnya. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri, setiap kali Perjamuan Kudus diadakan, supaya kita merayakan perjamuan itu secara layak. Perayaan Perjamuan Kudus haruslah dilakukan secara teratur dan tertib, karena hal yang demikian berkenan kepada Tuhan. Makanya kebanyakan gereja membuat suatu peraturan, antara lain menentukan, bahwa hanyalah anggota-anggota jemaat yang sudah sidi boleh mengikuti Perjamuan Kudus.[14] Hal ini mengacu pada 1 Kor. 11:28, di mana dikatakan hendaklah setiap orang menguji dirinya sendiri. Hanya orang yang sudah dewasa dan mendapat pengajaran katekhisasi yang bisa menguji dirinya.
Perjamuan Kudus merupakan tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus yang sejati, di dalam dan dengan roti dan anggur melalui sabda Kristus; seperti yang diperintahkan, kita orang Kristen harus memakan dan meminumnya. Sakramen ini adalah roti dan anggur yang terkandung dalam Firman Allah dan terikat pada-Nya. Firman itulah yang membuatnya menjadi sakramen dan memisahkannya sehingga sakramen ini bukanlah roti dan anggur biasa, melainkan tubuh dan darah Kristus dalam kenyataan maupun sebutan.[15]
            Sakramen Perjamuan Kudus adalah roti dan anggur yang terkandung dalam Firman Allah dan terikat pada-Nya. Firman itulah yang membuatnya menjadi sakramen dan memisahkannya sehingga sakramen ini bukanlah roti dan anggur biasa,  melainkan tubuh dan darah Kristus dalam kenyataan maupun sebutan. Bila kita menyingkirkan Firman itu dari roti dan anggur, atau memandang roti dan anggur itu tanpa Firman, maka yang kita peroleh hanyalah roti dan anggur biasa. Tetapi bila kata-kata itu tetap seperti yang dimaksudkan dan bagaimana mestinya, maka roti dan anggur itu benar-benar dan sesungguhnya adalah tubuh dan darah Kristus, seperti yang dinyatakan kata-kata itu.[16]
Pelaksanaan Perjamuan Kudus: Pada malam tatkala Yesus diserahkan, Yesus mengambil roti, dan setelah mengucapkan terimakasih, Dia memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya sambil bekata: “Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku yang diserahkan karena kamu. Perbuatlah seperti ini, menjadi peringatan akan Aku. Dan demikianlah Dia mengambil cawan itu sesudah makan lalu mengucap syukur dan berkata kepada mereka: Ambillah dan minumlah. Cawan ini adalah Perjanjian Baru dalam nama-Ku, yang ditumpahkan untuk keampunan dosamu. Perbuatlah seperti ini menjadi peringatan akan Aku.”[17]
6.bagian 6
Dalam Matius 28:10 Tuhan Yesus berjanji kepada para murid-Nya, bahwa Ia akan menyertai mereka senantiasa sampai pada akhir zaman. Dalam Matius 18:20, Tuhan Yesus berjanji, bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, di situ Ia ada di tengah-tengah mereka. Dalam Efesus 3:17 disebutkan, bahwa Kristus berdiam di dalam hati orang beriman, sedang Roma 8:35 menyebutkan bahwa tiada sesuatupun yang akan memisahkan orang beriman dari kasih Kristus. Semua kata-kata ini menunjukkan, bahwa di dalam hidup sehari-hari orang beriman senantiasa bersekutu dengan Kristus, dan bahwa persekutuan ini demikian eratnya, sehingga dikatakan, bahwa tiada sesuatupun yang akan dapat memisahkan orang beriman daripada Kristus.[18]




[1] Martin Luther, Katekismus Besar (terj.),  ( Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 184.
[2] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK GM, 2001), hlm. 438.
[3] Martin Luther, Khatekismus Kecil, Sakramen Baptisan Kudus, Bab V, hlm. 26.
[4] Lih. “Baptism” dalam buku The New Bible Dictionary, Ed. J.D Douglas, Inter-Varsity Press, London, 1975, hlm. 132.
[5] Donald GuthrieNew Testament Theology,  (England: Inter-Varcity Press, 1981), hlm. 559.
[6] William Bartclay, The Daily Study Bible The Letter to The Romans, (Edinburg: The Saint Andrew Press, 1983), hlm. 131-132.
[7] Martin Luther, Katekismus Besar (terj), (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 202.
[8] HKBP, Agenda di HKBP, Pematangsiantar: Percetakan HKBP, 2000. hlm. 27-28
[9] Panindangion Haporseaon – Pengakuan Iman HKBP 1951 dan 1996, Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2006, hal. 43
[10] Ibid, hal 93
[11] Liturgi Perjamuan Kudus dalam Agenda HKBP Dwi Bahasa, Pematangsiantar, Percetakan HKBP, 2004, hal 28
[12] ....................., Pengakuan Iman HKBP 1951 & 1996 (Konfessi HKBP), (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2006),  93
[13] John B Pasaribu, John B Pasaribu (terj.), Katekhismus Dr. Marthin Luther, (Jakarta: Yayasan Borbor, 2004), 330-334
[14] Werner Pfendsack-H. J. Visch, Jalan Keselamatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002),  89-90
[15] Anwar Tjen, Op.Cit,  209-214
[16] Anwar Tjen (terj.), Katekismus Besar Martin Luther, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 208-210
[17] …………….., Agenda HKBP Bahasa Batak dan Bahasa Indonesia pinaruar ni Kantor Pusat HKBP Pearaja-Tarutung, (Pematangsiantar: Percetakan HKBP, 2002),  24-25 
[18] Ibid,  462

Tidak ada komentar:

Posting Komentar