Selasa, 19 Agustus 2014

LITURGI NATAL

09:35 / /
Liturgi I (Penciptaan)
Langit menceritakan kemuliaan Tuhan, angkasa raya memberitahukan keagungan ciptaanNya. Malam bersahut-sahutan dengan siang, tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, untuk itu marilah kita mendengarkan tuturan penciptaan yang telah Allah lakukan.

  1. Matahari telah terbit, tanda sebuah kehidupan yang akan dimulai. Setiap hari akan membuahkan hikmat. Sampai malam tiba, matahari akan berganti dengan bulan, maka hari akan berlalu, hikmat akan tinggal.
  2. Langit dan cakrawala saling berhias diri, semua menyatakan keindahan kepada bumi. Langit dalam kemegahannya mencoba membantu mempertahankan ke-eksisan bumi dengan menaungi dari panas matahari.
  3. Udara adalah satu hal yang sangat berharga kepada manusia. Lihatlah rantai kehidupan yang diciptakan Allah, polusi, dinetralkan oleh tumbuh-tumbuhan dan kembali menghasilkan O2 yang dibutuhkan oleh manusia, manusia merawat tumbuh-tumbuhan sehingga pohon-pohon menjadi eksis dalam ruang lingkup alam.
  4. Hewan juga tidak ketinggalan. Hewan menghiasi alam raya dengan karyanya. Ia ada bukan sebagai pelengkap, namun ia ada sebagai salah satu kebutuhan bumi. Rantai kehidupan itu menjadi lengkap dan menyambung kembali menciptakan sebuah lingkaran yang tidak dapat dipisahkan.
  5. Sungguh indah, damai dan tentram menyelimuti bumi, sehingga kedinginan kasih tidak pernah tercipta. Semua menjadi hidup di dalam kehangatan Allah.
  6. Darat tempat berpijak, agar manusia, pohon dan hewan memiliki tempat untuk meletakkan kepalanya. Tidak ada yang kurang, semua menjadi baik. Tanah menjadi saksi setiap peristiwa yang terjadi di bumi.
  7. Laut yang biru rumah sang ikan bertakhta menjadi hidup yang dipagari oleh darat dan tanah. Ikan akan menari ditengah gemerinciknya air bening. Ribuan pulau-pulau menjembatani antara darat dengan darat. Sungguh Allah yang menciptakan semuanya.

Liturgi II (Kejatuhan kedalam dosa)         
Hidup yang baik tidak mampu memuaskan hati manusia. Merasa kurang, itulah isi keinginnan manusia. Apakah yang terjadi ketika manusia hidup di dalam dosa? Mari kita dengarkan penuturan liturgi ke-2 ini.          

  1. Setiap hari kita melihat kemajuan yang akan terjadi. Tekhnologi semakin canggih, hampir semua keinginan terpenuhi. Namun apa dampak yang dihasilkan? Lihatlah setiap manusia mementingkan dirinya sendiri. Tidak ada yang perduli lagi dengan sesamanya.
  2. Kekuasaan yang melanda hati manusia telah menciptakan sifat egoisme. Manusia lain yang tidak berkuasa kembali menjadi budak. Yang kuat semakin kuat, yang lemah semakin lemah.
  3. Kaya semakin kaya, miskin semakin miskin. Kebaikan di upayakan oleh pemerintahnya, dianggap sebagai dongeng belaka. Perbuatan baik diukur dengan uang. Manusia hidup ditengah-tengah perhambaan akan uang.
  4. Adik tidak lagi menghargai abangnya. Orangtua tidak lagi dianggap sebagai sumber hikmat Ilahi. Penghargaan semakin kurang. Mungkinkan kita mampu bertahan dalam situasi yang demikian?
  5. Kapan semua ini akan berakhir? Kerakusan manusia menciptakan bencana alam yang tidak dapat lagi dibendung. Pagar alam menjadi rusak dan bercacat. Hutan tidak lagi mampu bernyanyi. Laut tidak mampu lagi berkilauan. Udara tidak lagi bersih, air telah tercemar. Semua menjadi rusak.
  6. Hukum tidak dihargai, semua menganggap sebuah kebaikan. Menghalalkan segala cara adalah salah satu jalan pintas. Budaya “semau gue” semakin hidup. Teguran dan sapaan tidak lagi terngiang. Semua telah pudar.           

Liturgi III (Janji Keselamatan)       
Allah menginginkan kebaikan kembali ke dalam kehidupan manusia. Sungguh Allah tidak menginginkan kematian orang fasik, namun Ia mengharapkan pertobatan dari kejahatannya menuju kebaikannya.  

  1. Aku akan bertindak terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda dan akan menyingkirkan segala timah dari padanya.
  2. Penuturan Allah itu bukanlah satu hal yang sia-sia. Demi kebaikan manusia, marilah kita kembali dari jalan kegelapan menuju terang Ilahi.
  3. Tidak berguna membangkang dihadapan Tuhan, sungguh Allah telah menyediakan tempat yang terbaik bagi manusia yang berkenan kepadaNya.
  4. Saat ini, ketika kita mendengar suara Allah, marilah kita meluluhkan hati kita, sehingga keselamatan yang dari pada Allah tidak berlalu dari kita.
  5. Bukankah segala perkataan Allah telah hidup dan diam di dalam kita? Bukanlah firman Allah telah terus berdengung ditelinga kita? Lalu, mengapa kita harus mengunci hati kita?
  6. Allah menyediakan keselamatan yang dari padaNya, camkan dan terimalah Allah di dalam hidupmu.      

Liturgi IV (Penggenapan Keselamatan)    
Dua ribu tahun yang lalu firman Allah itu telah menjadi manusia. Ia hidup ditengah-tengah kita. Ia berkomunikasi dengan kita. Saat ini ketika peristiwa itu kita kenang, apa yang akan kita perbuat?

  1. Dua ribu tahun yang lalu, Yesus hidup ditengah-tengah kita, Ia lahir melalui Maria bundaNya. Ia memberitahukan bahwa kerajaan Allah sudah dekat.
  2. Saat ini kita ingin bersama-sama dengan Yesus kembali. Ketika malaikat menyuarakan bahwa Raja damai itu telah datang, kita merasa aman dan tentram, tidak ada yang kurang.
  3. Saat ini, mari kita membuka hati kita.. biarkan Kristus bertakhta di relung hati kita yang terdalam. Mari kita berikan hidup kita, sehingga semuanya menjadi sebuah kesempurnaan kembali, sama seperti ketika Allah menjadikan dunia ini, baik dan sempurna.
  4. Mengapa engkau masih dalam kegelapan? Lihatlah surya abadi telah terbit. Ia hadir dan menerangi alam raya. Kegelapan telah disingkirkan, asalkan engkau membuka hatimu, sinar itu akan meresap.
  5. Saudara-saudari, bersama-sama dengan para malaikat, mari kita mengundang Yesus untuk lahir dan bertakhta di hati kita. Pujilah Tuhan sebab Ia baik, Pujilah Tuhan sebab Ia maha agung, kasih setiaNya tidak berkesudahan dari sekarang sampai selamanya.

Liturgi V (Kemuliaan)         
Keselamatan itu telah nyata. Firman telah menjadi daging, kemuliaan Tuhan melingkupi alam raya. Hati yang beku telah dicairkan. Mulialah namaMu, kami puji Dikau, seperti malak yang mengungkapkan kemuliaanMu.  

  1. Kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi, damai dibumi diantara manusia yang berkenan kepadaNya.
  2. Pujilah Dia dengan sorak-sorai, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi, pujilah Dia dengan sangkakala, biarlah segala yang bernafas memuji dan memuliakan namaMu.
  3. Tuhan maha adil, tiada yang sebanding dengan Engkau. Kerajaan-kerajaan akan tunduk dan bertekuk lutut. Semua lidah akan mengaku bahwa Engkau adalah Allah, Raja dari segala raja. Tuhan dan segala tuan.
  4. Gloria bagi namaMu yang maha kudus. Engkau datang memperdamaikan manusia dengan diriMu. Lihatlah, kesempurnaan kini telah lahir, bumi penuh dengan sukacita.
  5. Alam raya berkumandang, dari lembah ke lembah, dari bukit ke bukit. Sudut-sudut kota dan alam-alam desa seluruhnya bergemuruh menyuarakan keagungan sang Raja yang telah lahir.
  6. “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatunya baru”, itulah FirmanMu yang saat ini telah nyata. Kemuliaan bagi Engkau ditempat yang maha tinggi. Amin        

Liturgi VI (Professi) 
Keberagaman status dan jabatan ditengah-tengah dunia ini bukanlah satu hal yang perlu untuk dipertentangkan, namun pada kenyataannya, keberagaman ini menjadi satu jurang pemisah dalam persatuan. Saudara-saudari yang terkasih, pembelaan diri terhadap satu jabatan yang dipegang membuat seseorang menjadi menutup diri terhadap orang lain yang memiliki satu jabatan. Yesus berkata dalam doanya kepada Allah, “agar semua satu adanya”, hal ini membuktikan bahwa jabatan bukanlah satu hal yang dipermasalahkan, namun iman itulah yang mempersatukan. Apa pendapat seseorang tentang jabatan yang dipegangnya, lalu apa yang seharusnya terjadi dengan beragamnya jabatan yang ada ditengah-tengah dunia ini, marilah kita ikuti liturgi professi.         

  1. Petani
Saya adalah seorang petani, saya biasa bekerja di sawah. Yah…. Memang kotor, tetapi itu semua saya lakukan untuk mencari sesuap nasi. Saya adalah orang yang sangat penting. Jika saya tidak ada tentunya kita semua tidak bisa makan nasi. Jadi menurut saya, saya adalah orang yang paling benar.

  1. Pengusaha kayu
Saya seorang pengusaha. Membuat kayu dari sebatang pohon itu adalah keahlian saya. Saya tidak perduli dengan kelestarian alam, yang penting saya bisa mendapatkan uang. Terus terang saja, tanpa kayu kita semua tidak bisa memiliki rumah yang nyaman dan asri. Nah tentu saja saya yang paling benar.       

Liturgi Kasih
Kelahiran Yesus memberikan pengharapan yang baru bagi umat manusia. Pengharapan, sukacita, kasih dan kebahagiaan meliputi kehidupan manusia.
1.      Sungguhlah Indah apabila kita hidup satu dalam iman dan kasih yang begitu aman dan tentram. Persekutuan didalam Tuhan menjadi bahagia dan indah jika kita satu dalam pemikiran,satu tujuan dan satu dalam kasih.

2.      Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam KRISTUS telah mengampuni kamu.( Efesus 4: 32)


3.      Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.( Amsal 3: 3-4)

4.      Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak Mengenal Allah,sebab Allah adalah kasih. (1 Yohanes 4: 7)


5.      Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. ( 1 Petrus 4:8)

6.      Kenakanlah kasih, sebab pengikat yang mempersatukan dan menyempurnahkan, Hendaklah Damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil manjadi satu tubuh. ( Kolose 3: 14) 



  1. Sopir
Saya seorang supir. Pekerjaan saya membawa kendaraan sehingga seluruh sewa dapat sampai ketujuannya. Kehati-hatian dituntut dari seorang supir, keselamatan penumpang menjadi nomor satu. Mari kita pikirkan bersama, mungkin kalau saya tidak ada, perekonomian, usaha atau apapun pasti akan berhenti. Kalau sudah berhenti apa yang terjadi? Negara ini bisa hancur. Jadi kalau menurut saya, supirlah yang paling benar.           

  1. Perawat
Tugas saya adalah merawat pasien di sebuah rumah sakit. Bersih dan steriil harus menjadi nomor satu, tujuannya adalah kesehatan. Dimana-mana saya dibutuhkan. Tentunya sangat dibutuhkan di semua kalangan masyarakat. Saya termasuk orang penting. Jika tidak penyakit bisa merajalela. Jadi kalau menurut saya, saya adalah yang paling benar.           

  1. Pegawai
Saya adalah pegawai, saya bekerja di instansi pemerintahan maupun swasta. Pegawai mungkin dianggap kesil dan rendah. Tetapi kalau kita mau jujur perusahaan bisa berjalan dengan baik jika ada pegawai. Tanpa pegawai perusahaan akan cacat. Jadi menurut saya, sayalah yang paling benar.

  1. Pemimpin
Saya seorang pemimpin, keberlangsungan kinerja sebuah organisasi maupun perusahaan bergantung kepada saya. Tanpa saya management akan rumit dan tidak teratur. Tentunya saya harus bertanggungjawab akan semua hal yang bisa terjadi. Jadi menurut saya, sayalah yang paling benar.               

  1. Masyarakat
Saya adalah masyarakat biasa, mungkin saya tidak ada apa-apanya. Tetapi jangan salah, tanpa saya seorang pemimpin tidak bisa berdiri. Suara saya sangat diperlukan. Tanpa masyarakat, pemimpin juga tidak bisa apa-apa, siapa yang mau dipimpin? Jadi kalau menurut saya, sayalah yang paling benar.      

  1. Pemuka Agama
Natal ini mempersatukan kita. Semua satu adanya, saling melengkapi di dalam kekurangan kita, saling mengisi di dalam kelebihan kita. Mengapa kita memperdebatkan hal-hal yang jelas sudah berbeda? Mari kita mencari kesatuan, sehingga semua menjadi baik dan berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tuhan memberkati!

LITURGI RAGAM BAHASA

Dalam rangka menyambut hari natal, teman-teman tentu ada yang jadi anggota panitia natal. Nah, kalau Anda ingin membuat liturgi natal dalam ragam bahasa daerah atau bahasa luar negeri, di sini ada kumpulan liturgi ragam bahasa yang kamu butuhkan (yang dikumpulkan dari berbagai sumber). Disini yang diterjemahkan adalah isi dari Kitab Yohanes 3:16. Kalau Anda butuh terjemahan lainnya silahkan hubungi dari halaman kontak. Tapi kalau Anda punya liturgi ragam bahasa yang lain, jangan sungkan berbagi dari kolom komentar.
Liturgi Ragam Bahasa Daerah (Bahasa Suku) Indonesia
1. Bahasa Palembang
K*erNO b*esak nian kasih-Nyo pado dunio, laju di*enJUKk*e-Nyo buDAK lanang siKOK-siKOK-Nyo, s*ehinggo siapo ba^e yang p*ecayo pada-Nyo idak binaso,tapi idup s*epanjangan.
2. Bahasa Minangkabau
Karano baitu gadang kasiah Allah pado dunia-ko, sahinggo Tuhan alah mangaruniakan AnakNya nan tungga itu, supayo satiok urang nan picayo kapadoNyo indak binaso, malainkan baroleh iduik nan kaka.
3. Bahasa Karo (Batak)
Sabap bege pengkelengi Dibata doni enda, maka ibereikenna Anakna si tonggal, gelah ola bene ise pe si tek ibas ia, tapi dat kegeluhen si rasa lalap.
4. Bahasa Simalungun (Batak)
Ai sonon do parholong in atei ni Naibata bani dunia on, pala do anakni sisada- sada ai iberehon ase ulang magou sagala na porsaya Bani.
5. Bahasa Sunda
Sabab dunya teh pohara nya diasihna ku Allah, nepi ka Putra TunggalNa oge dipasrahkeun, supaya sing saha anu percaya ke Anjeunna ulah nepi ka cilaka, sabalikna bisa tinemu jeung hirup abadi.
6. Bahasa Jawa
Awitdene Gusti Allah anggone ngasihi marang jagad iku nganti masrahake Kang Putra ontang-anting, supaya saben wong kang pracaya marang Panjenengane aja nganti nemu karusakan, nanging nduwenana urip langgeng.
7. Bahasa Madura
Karana bariya kataresna´anna Allah ka alam dunnya, kangse marengngagi Pottrana se settong, sopaja sepat oreng se parcaja ka Salerana ta´ nemmowa calaka, tape andi´a odi´ se langgeng.
8. Bahasa Ngayu (Dayak) Karana kalote kapaham Hatalla jari sinta kalunen, sampai ie jari manenga Anake ije tonggal, mangat gagenep oloh, ijo percaya buang ie, dia binasa, tapi mandino pambelom ije katatahi.
9. Bahasa Dayak Laut Allah Taala rindu ka mensia, datai ka iya mri Anak tunggal iya ngambi ka samoa orang ti arap ka iya enda lalu mati, utang bulih idup meruan.
10. Bahasa Mori (Sulteng)
Nde kanandiomo Dopehohawao Oee Ala wawontolino andio, ka Doweeakono Anado anu asa-asa, kasi dontetadi luwudo mia, anu mpe´ala-ala Ira, tendeano ka domehaweo tuwua, anu nahina tampulaano
11. Bahasa Timor
Fun Usif Neno nek pah pinan onnane talan te In anfe In An mone fua mese, he nati ale sekau le nekan nateb neo In, kais namle´u, mes napeni honis nabal- bal.
12. Bahasa Namau (IrJa) Uku Eloi pani va´au umu-awkanave kapoi, Una naumuki Mere U awkunave, a
´a kavakava ane u pirimaroakona u imunavaia, a opai rokoa u miane-iai.
13. Bahasa Dani Barat (IrJa)
Ai Ala nen yt aakvmy abok ynabuwa lombok mbareegerak me, kit kiniki noba panggombvnuk, abet nombakwy kiinok, lek eerogo pinagarak lek mondok-mondok kineenik logobagip ndvk, at apvt ambolom ndarak an aret nappani wagagerak.
14. Bahasa Rejang (Bengkulu)
Karn0 awei0 lay kasia allah tang duni0 y0 sehingg0 si bik anak ne yang tunggea supay0 tip tun Yg percay0 ngensi c0a binas0 melainkan buliak hidup yang ke kea.
Liturgi Ragam Bahasa Internasional (Luar Negeri)
1. Bahasa Afrika
“Want so lief het God die wereld gehad, dat Hy sy eniggebore Seun gegee het, sodat elkeen wat in Hom glo, nie verlore mag gaan nie, maar die ewige lewe kan he.”
2. Bahasa Belanda
“Want alzo lief heeft God de wereld gehad, dat Hij zijn eniggeboren Zoon gegeven heeft, opdat een ieder, die in Hem gelooft, niet verloren ga, maar eeuwig leven hebbe.”
3. Bahasa Finisia
“Silla niin on Jumala maailmaa rakastanut, etta han antoi ainokaisen Poikansa, ettei yksikaan, joka haneen uskoo, hukkuisi, vaan hanella olisi iankaikkinen elama.”
4. Bahasa Perancis
“Car Dieu a tant aime le monde quÕil a donne son Fils unique, afin que quiconque croit en lui ne perisse point, mais quÕil ait la vie eternelle.”
5. Bahasa Jerman
“Denn also hat Gott die Welt geliebt, da er seinen eingebornen Sohn gab, auf da alle, die an ihn glauben, night verloren werden, sondern das ewige Leben haben.”
6. Bahasa Italia
“Poiche Iddio ha tanto amato il mondo, che ha dato il suo unigenito Figliuolo, affinche chiunque crede in lui non perisca, ma abbia vita eterna.”
7. Bahasa Polandia
“Poniewaz Bog tak swiat kochal, ze dal swego syna jedynego, aby kto wierzy w Niego nie zginal, lecz zyl wiecznie.”
8. Bahasa Portugal
“Porque Deus amou o mundo de tal maneira, que deu o seu Filho unigenito, para que todo aquele que nele cre nao pereca, mas tenha a vida eterna
9. Bahasa Spanyol
“Porque de tal manera amo Dios al mundo, que ha dado a su Hijo unigenito, para que todo aquel que en el cree, no se pierda, mas tenga vida eterna.”
10. Bahasa Swahili
“Kwa maana jinsi hii Mungu aliupenda ulimwengu, hata akamtoa Mwanawe pekee, ili kila mtu amwaminiye asipotee; bali awe na uzima wa milele.”
11. Bahasa Swedia
“Ty sa alskade Gud varlden, att han utgav sin enfodde Son, pa det att var och en som tror pa honom skall icke forgas, utan hava evigt liv.”
12. Bahasa Vietnam
“Vi Durc Chua Tro’i thu’o ng-yeu the-gian den noi da ban Con doc-sanh cua Ngai, hau cho he ai tin Con ay khong bi hu-mat, nhu’ng du’o'c su song do’i do’i.”


Tahun Liturgi Minggu Rogate

                                              TEMPAT EKOLOGI DALAM TAHUN LITURGI
Tahun Gerajawi dalam Minggu Rogate
            Minggu rogate dalam tahun gerejawi adalah minggu dalam rangkaian perayaan setelah Paskah. Ada 6 minggu setelah Paskah yang dirayakan dalam tahun gerejawi yaitu
·         Quasimodo geniti (jadilah sama seperti bayi yang baru lahir)
·         Misericordias domini (kasih setia Tuhan)
·         Jubilate (bersorak-sorailah bagi Allah hai seluruh bumi)
·         Cantate Domini cancticum novum (nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan)
·         Rogate (mintalah, maka kamu akan menerima)
·         Exaudi (dengarlah, Tuhan, seruan yang kusampaikan)
Rogate adalah rangkaian paskah yang dirayakan dalam tahun liturgi 4 minggu setelah paskah. Minggu ini bertema doa permohonan kepada Tuhan. Minggu ini adalah minggu menjelang kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan dua minggu sebelum perayaan Pentakosta. Pada minggu Rogate ini, dibacakan pembacaan alkitab tentang perpisahan Yesus dengan umat dan janji datangnya Roh kudus lebih sering dibacakan.[1]
      Rogate dalam bahasa inggris adalah Rogation day yang barakar dari kata roh GAY shun. Artinya adalah tiga hari (senin, selasa, rabu) sebelum hari kenaikan (Ascension). Rogate dirayakan oleh roma katolik, gereja anglikan, dan gereja protestan yang bersifat episkopal. Dalam perayaan hari rogate, imam dan umat dalam gereja bernyanyi dan membawakan doa dengan menggunakan serangkaian doa-doa  (Litany). Minggu didalam hari-hari rogate ini disebut sebagai minggu rogate (rogation week). Nama rogate ini berasal dari nama Latin yaitu rogare yang artinya meminta (to ask). Orang-orang yang mengungkapkan serangkaian doa itu dengan meminta berkat dari Allah pada waktu berlangsungnya tahun panen (year’s crop).[2]
      Dalam kelender gereja, perayaan Rogate dirayakan tiga hari sebelum hari kenaikan. Bentuk perayaan hari Rogate ini dilakukan umat dalam bentuk berpuasa dan melakukan doa nyanyian yang dilakukan dalam bentuk arak-arakan. Gerak peribadahan yang dilakukan dalam perayaan minggu Rogate ini diperkenalkan oleh Santo Mamertus bishop Vienne (475) yang diperintahkan untuk dilakukan sepanjang tahun dan telah disetujui dalam konsili pertama di Orleans pada tahun 511. Paus Leo III (795-816) memperkenalkan minggu Rogate di Roma namun tanpa melakukan puasa. Kebiasaan ini telah disebarluaskan sampai ke Gereja di Inggris.[3] 
      Umat Kristen merayakan hari Rogate (regare-meminta) dengan pasti menentukan hari itu sebagai hari yang dirayakan pada awal musim panas. Perayaan Rogate dilakukan dengan melakukan puasa dan juga menaikkan doa kepada Allah. Doa yang disampaikan adalah untuk hasil panen. Perayaan utama Rogate yang mana dilakukan setiap tanggal 25 april menjadikan orang Kristen menaikkan doa untuk meminta berkat kepada Allah dan juga melakukan pemeliharaan terhadap ladang dan berdoa untuk pemeliharaan tanaman (panen) dari gangguan yang dapat merusak tanaman. Perayaan kecil hari Rogate dilakukan pada hari senin, selasa dan rabu yaitu tiga hari sebelum hari kenaikan (ascension). Perayaan kecil ini didapat dari pengucapan serangkaian doa yang diperkenalkan oleh Santo Mamertus dari vienne (470), dimana pada waktu keuskupannya mereka diserang oleh erupsi vulkanik yang penyebaran vulkanik itu sampai ke beberapa tempat lain.
            Ditempat lain pada tahun 1547 Rogate tidaklah diterima di Inggris. Tetapi ketika Inggris dibawah pimpinan Elizabet I pada tahun 1559 memerintahkan untuk menyusuri kota dan jemaat gereja untuk memperkenalkan kembali minggu Rogate, dan juga Elizabet memerintahkan untuk memasukkan khotbah dalam gereja dengan bertemakan minggu Rogate. Dan pada tahun 1662 perayaan kecil minggu Rogate (Senin, selasa, rabu) diperintahkan hanya dirayakan sebagai hari puasa dan menahan hawa nafsu.  Dalam Gereja Roma Katolik (1969) minggu Rogate digantikan yang sebelumnnya adalah hari berpuasa dan menahan hawa nafsu menjadi perayaan ”doa”, doa yang disampaikan demi kebutuhan manusia, berdoa untuk tumbuh-tumbuhan dari bumi, dan berdoa untuk orang-orang yang pekerja.[4]
Minggu Rogate, perayaan tahunan yang dirayakan dengan melakukan arak-arakan dengan menaikkan doa permohonan supaya hasil ladang atau hasil panen bagus. Terkhusus doa permohonan ditujukan kepada tumbuhan-tumbuhan supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit. Mamertus Bishop Vienne memperkenalkan minggu Rogate  pada tahun 473, Mamerthus memperkenalkan ibadat minggu Rogate diantara hari kenaikkan.  Pada tahun 511 konsili kelima di Orlean mambuat ibadat minggu Rogate dan wajib diikuti dengan setia. Pada minggu Rogate, orang-orang yang beribadah keluar dari kotanya dan pergi melingkupi daerah pedalaman dan menyanyikan nyanyian Mazmur serta menaikkan serangkaian doa. Warna litugi dalam arak-arakan itu adalah berwarna violet, yaitu untuk menunjukkan bahwa perayaan itu adalah hari penyesalan, memberikan diri untuk berpuasa, dan pembacaan doa-doa yang berkenaan dengan penyesalan dosa. Secara berangsur-angsur perayaan ini perhatiaannya dipusatkan bukannya hanya pada ibadat namuan perayaan itu untuk pengucapan syukur atas anugerah Allah, sebagai jalan keluar dari marabahaya dengan melakukan permohonan (doa permohonan) untuk panen yang baik.[5]


Ekologi dan Minggu Rogate
            Pada kenyataannya perayaan minggu Rogate (rogation day) tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya. Rogate dimengerti sebagai perayaan tahunan yang dirayakan oleh umat dengan menaikkan doa permohonan kepada Allah. Doa permohonan itu disampaikan khusus untuk tumbuhan supaya hasil ladang atau hasil panen tidak rusak dan juga supaya tumbuhan-tumbuhan supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit. Justru lingkungan (tumbuh-tumbuhan) tidak mendapatkan tempat dalam perayaan tahun liturgi minggu Rogate.[1]
            Dalam agenda HKBP, aspek ekologi dalam tahun liturgi (minggu rogate) tidak ditemukan samasekali.  Doa dalam perayaan minggu Rogate samasekali tidak ada menyinggung untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan. Makna Rogate yang pada awalya adalah untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan tidak tampak dalam doa Rogate dalam agenda HKBP. Berikut adalah doa dalam agenda HKBP terkait dengan minggu rogate. 
“dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaKu, maka Aku akan mendengarkan kamu, apabila kau mencari Aku, maka kamu akan menemukan Aku apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku”.[2]

“Ya, Tuhan Allah Bapa yang mahakuasa hanya karena kasihMu kami sekarang dapat berkumpul dan berdoa kepadaMu. Dalam firman Engkau berjanji bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaMu disitu Engkau ada ditengah-tengah mereka. Ya Tuhan genapilah janjiMu, dengarlah doa permohonan kami ini. Berilah kami hidup yang layak dan pengetahuan akan kebenaranMu serta pengaharapan akan hidup yang layak, di daam anakMu Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin”.[3]            

            Doa permohonan yang disampaikan pendoa cenderung bersifat individual, tidak menyeleluruh. Inilah yang akan memperlemah dampak suatu liturgi. Misalnya, isu-isu politik sering didoakan dengan jalan yang secara tidak sengaja tidak memihak kepada pihak-pihak tertentu. Dan bahkan kerap-sekali doa permohonan yang disampaikan cenderung bertele-tele. Bahkan kerap-sekali doa permohonan dan juga doa pengakuan dosa dibatasi pada kebutuhan individu, sehingga secara tidak langsung alur liturgi diarahkan kepada individu.[4] Sangatlah sering dalam perayaan-perayaan Kristen, doa-doa yang disampaikan umat tidak mencakup secara keseluruhan kosmos. Justru doa yang disampaikan dalam perayaan bersifat egosentris dan egoistis (berpusat kepada diri sendiri) yang hanya memohon supaya Allah meluluskan nafsu-nafsu yang fasik dan doa yang disampaikan untuk memikat Allah untuk maksud-maksud atau tujuan pribadi.[5]

Dalam kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang menjadi pusat perayaan liturgi adalah perayaan Paskah. Perayaan Paskah yang dirayakan adalah memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan mesir. Paskah menjadi sebuah peringatan keluaran yang sekaligus mengingat dasar berdirinya umat Israel. Perayaan Paskah sekaligus memperingati karya penciptaan Allah yang menciptakan langit dan bumi yang secara tidak langsung ditujukan pada kelahiran umat Israel. Oleh sebab itu, peristiwa Keluarnya Israel dari perbudakan Mesir adalah penciptaan umat israel yang ternyara melibatkan seluruh kosmos (penciptaan seluruh kosmos). Atas dasar inilah dalam perayaan-perayaan tahun liturgi sangatlah penting memperhatikan ekologi, sebab ekologi harus memiliki tempat dalam perayaan-perayaan tahun liturgi. 
Rogate (berasal dari bahasa latin) memiliki arti yaitu meminta. Rogate dirayakan secara khusus dengan menaikkan serangkaian doa kepada Allah. Doa yang dinaikkan oleh umat diungkapkan dengan meminta berkat kepada Allah, namun berkat yang diminta bukan untuk manusia secara pribadi, namun doa yang dinaikkan kepada Allah adalah meminta berkat supaya Allah memberkati tumbuh-tumbuhan dan jauh supaya jauh dari penyakit.[1] Perayaan minggu Rogate adalah bentuk penyadaran bahwa dengan mendoakan tumbuh-tumbuhan manusia akan memahami bahwa semua diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ciptaan yang lain. Artinya, semua ciptaan saling membutuhkan (ada mata rantai kehidupan yang tidak pernah putus). Keberadaan manusia sebagai Imago Dei  yang menerima mandat dari Allah (Kej. 1:j 27-28), yaitu menguasai dan menaklukkan bukanlah hak istimewa, melainkan tanggung jawab yang sangat istimewa yang harus dipertanggung jawabkan. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah terpanggil untuk hidup seirama dengan Allah mengasihi dan memelihara ciptaanNya[2]. Alam sebagai tempat dimana manusia tinggal, ditumbuhi oleh tanam-tanaman dan tumbuhan serta berbagai macam hewan. Allah telah menata alam sedemikian sempurna.[3]
            Dalam agenda HKBP terdapat doa yang disampaikan kepada Allah dalam perayaan minggu Rogate (minggu ke 6 setelah Paskah).
“Ya, Tuhan Allah Bapa yang mahakuasa hanya karena kasihMu kami sekarang dapat berkumpul dan berdoa kepadaMu. Dalam firman Engkau berjanji bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaMu disitu Engkau ada ditengah-tengah mereka. Ya Tuhan genapilah janjiMu, dengarlah doa permohonan kami ini. Berilah kami hidup yang layak dan pengetahuan akan kebenaranMu serta pengaharapan akan hidup yang layak, di daam anakMu Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin”.[4]            

Tidak ada yang salah dalam doa yang disampaikan diatas, sebab doa yang disampaikan memiliki hakekat doa Kristen yaitu bahwa doa merupakan suatu percakapan antara umat dengan Tuhan Allah, yang telah berfirman. Suatu jawaban penuh iman atas firman Allah, dan menjadi pertemuan dengan Dia yang dalam Yesus Kristus menampakkan wajahNya kepada kita.[5] Allah menyuruh setiap orang percaya untuk berdoa, sebab orang yang setia berdoa diberikanNya janji-janji yang mulia. Namun kembali kepada makna Rogate sendiri yang terfokus untuk mendoakan lingkungan hidup dengan mengesampingkan kepentingan pribadi manusia, dalam doa agenda HKBP sama sekali tidak ada menyinggung untuk mendoakan alam / lingkungan hidup.
            Doa Rogate dalam agenda HKBP, umat meminta kehidupan yang layak kepada Allah dan yang menjadi fokus utama dalam doa Rogate itu adalah kebutuhan manusia yang pada akhirnya akan membawa manusia terjebak untuk “menguasai” alam demi memenuhi kebutuhan manusia dengan memperluas dan lahan pertanian yang pada akhirnya terjadi pembabatan atau penebangan hutan. Rusaknya dan terganggunya lingkungan bersumber pada manusia yaitu kekuasaan manusia. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia bertolak dari asumsi bahwa manusia berhak untuk mendayagunakan semua potensi atau sumber daya alam bagi kepentingannya saja.[6] Seharusnya fokus yang lebih utama adalah bagaimana ekologi dipandang dari sudut Kosmosentris (berpusat pada kosmos) tidak hanya dipandang dari sudut Antroposentris (hanya berpusat kepada manusia). Sehingga doa pujian dan permohonan kepada Allah, lebih diekspresikan dengan sikap yang lebih perduli terhadap ciptaan (terkhusus lingkungan hidup). Dengan mendoakan lingkungan hidup (tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lainnya), hal ini menunjukkan sikap menerima dan mengasihi lingkungan hidup sebagaimana adanya.[7]  
            Sudah seharusnya dalam perayaan minggu Rogate, lebih terfokus kepada kosmos (dunia) secara keseluruhan. Tidak lagi mengucapkan doa-doa yang hanya terfokus untuk kepentingan manusia sebab manusia juga bagian dari kosmos. Minggu Rogate yang dirayakan seharusnya dengan menaikkan doa permohonan khusus untuk lingkungan hidup, untuk hasil ladang, khusus untuk mendoakan bumi. Doa permohonan ditujukan kepada keprihatinan dari ksisis ekologi dengan menyampaikan permohonana supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit[8]. Jika perayaan liturgi yang dirayakan dalam minggu Rogate lebih terfokus untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan, secara tidak langsung tindakan itu sekaligus mendoakan dan memberkati ciptaan secara keseluruhan. Mendoakan tumbuh-tumbuhan secara tidak langsung menunjukkan kepada manusia kekudusan dan kuasa yang diberikan kepada ciptaan melalui pemulihan yang dilakukan Kristus yang telah mati dan bangkit demi keselamatan dunia (kosmos). Doa untuk tumbuh-tumbuhan adalah sekaligus menunjukkan perhatian kepada ciptaan lainnya seperti hewan, kebun, pekerja ladang, dan sebagainya dan memahami bagaiamanakah umat mengakui keutuhan seluruh ciptaan melalui penyelamatan dan permuliaan manusia dan juga seluruh ciptaan.[9]
Manusia berdoa kepada Allah, namun doa yang disampaikan bukanlah karena inisiatif manusia itu sendiri. Sebelum manusia berdoa, Allah telah berfirman dan telah bertindak. Oleh sebab itulah doa yang disampaikan umat adalah sebuah respon terhadap firman dan tindakan Allah dalam bentuk mendengarkan dan menaati perintah Allah. Doa yang disampaikan umat bukanlah satu arah untuk manusia itu sendiri, namun secara keseluruhan (untuk dunia) karena doa lebih bersifat merespon Firman dan tindakan Allah.[10] Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, dan Allah telah memberkati ciptaanNya. Allah melihat segala ciptaanNya begitu sempurna. Namun kesempurnaan itu telah hancur akibat dosa manusia, alam semesta menderita. Namun Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus telah menyelamatkan dunia, bukan hanya manusia yang diselamatkan, alam semesta pun diselamatkan dari kehancuran. Oleh sebab itu tindakan Allah perlu direspon manusia dengan mendoakan alam semesta (secara menyeluruh) demi kesempurnaan kembali ciptaan Allah. Doa itu sebagai respon atas tindakan Allah yang telah memberkati ciptaan, sehingga manusia diajak kembali untuk bertanggung jawab menjaga lingkungan.[11]
Mendoakan alam ciptaan adalah suatu bentuk penyadaran bahwa manusia tidaklah superior atas segala ciptaan. Manusia berada bersama (disamping) ciptaan yang lain, di dalam solidaritas dengan ciptaan yang lain, meskipun tetap dalam perbedaan-perbedaan. Atas dasar solidaritas inilah manusia harus memandang semua ciptaan Allah secara integral (keutuhan ciptaan), sebagaimana diciptakan Allah sebagai suatu yang baik (Kej. 1: 10-12). Segala mahluk hidup berada dalam relasi saling bergantung dan saling memerlukan (ekosistem). Merusak keutuhan ciptaan ini, berarti memusnahkan semua hal yang mendukung hidup manusia itu sendiri. Maka disinilah panggilan kepada suatu pola hidup baru yang berdasarkan pada penatalayanan dan pengasihan, bukan penguasaan dan eksploitasi atas ciptaan yang lain (bnd. Maz 104). Selama ini teologi memusatkan perhatiannya hanya kepada manusia, tidak melihat keseluruhan kosmos yang didalamnya ada lingkungan hidup. Manusia dan alam sama-sama penting, sebab baik manusia dan alam adalah sama-sama ciptaan Allah Manusia diciptakan segambar dengan Allah yang bertugas untuk menjaga dan mengelola alam, tetapi bukan berarti mengeksploitasi alam. Manusia adalah bagian dari ciptaan dunia, dan manusia adalah sebagai makhluk yang mengelola alam bukan penguasa alam.[12]
Dengan mendoakan lingkungan hidup akan membentuk paradigma baru bahwa ekologi harus dipandang lebih bersifat kosmosentris. Ekologi harus dipandang dari sifat keutuhan ciptaan ketika Allah menciptakan dunia ini dengan sempurna dan semuanya baik. Paradigma berpikir yang menganggap manusia sebagai yang lebih utama dari semua ciptaan harusnya diubah, sebab ekologi harus dipandang secara menyeluruh. Lingkungan tidak lagi dipandang sebagai objek, namun lingkungan sebagai subjek.[13] Manusia (antropos) hanya bagian kecil dari dunia, artinya ternyata manusia adalah bagian dari kosmos yang harus dipandang dari perspektif kosmosentris. Bumi diciptakan sebagai tempat kediaman manusia dan seluruh ciptaan lainnya. Bumi bukan milik manusia, namun milik Allah yang diciptakan sebagai tempat kediaman seluruh ciptaan. Bumi menjadi tempat kehidupan ciptaan Allah dan bumi juga sebagai sumber kehidupan seluruh ciptaan. Di Bumi manusia dan seluruh ciptaan lainnya dapat hidup, oleh karena itu manusia tidak memiliki hak untuk menganggap bumi sebagai miliknya, manusia (antropos) tidak memiliki hak untuk mengahancurkan bumi. Namun manusia bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga lingkungan hidup. [14]


[1] Lih. …., The World book Encyclopedia Q-R 16, Field enterprises educational corporation, Chicago 1968: hlm. 373.
[2] Lih. Victor Tinambunan, Gereja dan Orang Percaya: Oleh Rahmat Menjadi Berkat di Tengah Krisis Multi Wajah,  L-SAPA, P. Siantar 2006: hlm. 56
[3] Lih.…., Jurnal Teologi Illuminare mencerahkan dan membangun, STT Baptis, Medan 2013: hlm. 72.
[4] Lih. ….., Agenda HKBP, Percetakan HKBP, Pematangsiantar 2007:  hlm. 94.
[5]Lih.  Dr. J. Verkuyl, Apakah Berdoa Itu?, BPK Gunung Mulia Jakarta 2009: hlm. 13
[6] Lih. P.boorong, Etika Bumi Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 36.
[7] Lih. Dawn M. Nothwerh, Lingkungsn Hidup I, Bina Media Perintis, Medan 2009: hlm. 187
[8] Lih. Martin O. Dietrich , Luther’s Work Vol. 42, Fortress press, Philadelphia 1969: hlm. 83.
[9] Lih. Celia Deane Drummond, Teologi dan Ekologi., hlm. 97.
[10] Lih. Yongky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 188.
[11] Lih. Emanuel Gerit Singgih,  Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad Ke 21, Kanisius, Yogyakarta 1997:  hlm. 128.
[12] Lih. Emanuel Gerrit singgih, Berteologi dalam Konteks, BPK dan Kanisius, Yogyakarta-Jakarta 2007: hlm. 232.
[13] Lih. Leonardo Boff, Jeritan bumi jeritan penderitaan., hlm. 140. 
[14]  Lih. R. P.boorong, Etika Bumi Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 18.  

[1] Lih. Martin O. Dietrich (ed), Luther’s Work Vol. 42., hlm. 83.
[2] Lih. ….., Agenda HKBP, PercetakanHKBP, Pematangsiantar 2007:  hlm. 71.
[3] Lih. ….., Agenda HKBP, PercetakanHKBP, Pematangsiantar 2007:  hlm. 94.
[4] Lih. C. D Drummond, Teologi dan Ekologi., hlm. 99.
[5] Lih. J. Verkuyl,   Apakah Berdoa Itu?., hlm. 42-49

[1] Lih. Rasid Rachman, Hari raya liturgy: Sejarah dan pesan pastoral Gereja., hlm. 96.
[2] Lih. …., The World book Encyclopedia Q-R 16, Field enterprises educational corporation, Chicago 1968: hlm. 373.
[3] Lih….., Encyclopedia Britannica A New Survey of Universal Knowledge Vol 19, Encyclopedy Britannica, Chicago 1951: hlm. 381
[4] Lih. F.l Cross (ed), The Oxford Dictionary the Christian Chruch, Oxford university Press, London 1974: hlm. 1193
[5] Lih. Martin O. Dietrich (ed), Luther’s Work Vol. 42, Fortress press, Philadelphia 1969: hlm. 83.