Selasa, 19 Agustus 2014

Tahun Liturgi Minggu Rogate

                                              TEMPAT EKOLOGI DALAM TAHUN LITURGI
Tahun Gerajawi dalam Minggu Rogate
            Minggu rogate dalam tahun gerejawi adalah minggu dalam rangkaian perayaan setelah Paskah. Ada 6 minggu setelah Paskah yang dirayakan dalam tahun gerejawi yaitu
·         Quasimodo geniti (jadilah sama seperti bayi yang baru lahir)
·         Misericordias domini (kasih setia Tuhan)
·         Jubilate (bersorak-sorailah bagi Allah hai seluruh bumi)
·         Cantate Domini cancticum novum (nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan)
·         Rogate (mintalah, maka kamu akan menerima)
·         Exaudi (dengarlah, Tuhan, seruan yang kusampaikan)
Rogate adalah rangkaian paskah yang dirayakan dalam tahun liturgi 4 minggu setelah paskah. Minggu ini bertema doa permohonan kepada Tuhan. Minggu ini adalah minggu menjelang kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan dua minggu sebelum perayaan Pentakosta. Pada minggu Rogate ini, dibacakan pembacaan alkitab tentang perpisahan Yesus dengan umat dan janji datangnya Roh kudus lebih sering dibacakan.[1]
      Rogate dalam bahasa inggris adalah Rogation day yang barakar dari kata roh GAY shun. Artinya adalah tiga hari (senin, selasa, rabu) sebelum hari kenaikan (Ascension). Rogate dirayakan oleh roma katolik, gereja anglikan, dan gereja protestan yang bersifat episkopal. Dalam perayaan hari rogate, imam dan umat dalam gereja bernyanyi dan membawakan doa dengan menggunakan serangkaian doa-doa  (Litany). Minggu didalam hari-hari rogate ini disebut sebagai minggu rogate (rogation week). Nama rogate ini berasal dari nama Latin yaitu rogare yang artinya meminta (to ask). Orang-orang yang mengungkapkan serangkaian doa itu dengan meminta berkat dari Allah pada waktu berlangsungnya tahun panen (year’s crop).[2]
      Dalam kelender gereja, perayaan Rogate dirayakan tiga hari sebelum hari kenaikan. Bentuk perayaan hari Rogate ini dilakukan umat dalam bentuk berpuasa dan melakukan doa nyanyian yang dilakukan dalam bentuk arak-arakan. Gerak peribadahan yang dilakukan dalam perayaan minggu Rogate ini diperkenalkan oleh Santo Mamertus bishop Vienne (475) yang diperintahkan untuk dilakukan sepanjang tahun dan telah disetujui dalam konsili pertama di Orleans pada tahun 511. Paus Leo III (795-816) memperkenalkan minggu Rogate di Roma namun tanpa melakukan puasa. Kebiasaan ini telah disebarluaskan sampai ke Gereja di Inggris.[3] 
      Umat Kristen merayakan hari Rogate (regare-meminta) dengan pasti menentukan hari itu sebagai hari yang dirayakan pada awal musim panas. Perayaan Rogate dilakukan dengan melakukan puasa dan juga menaikkan doa kepada Allah. Doa yang disampaikan adalah untuk hasil panen. Perayaan utama Rogate yang mana dilakukan setiap tanggal 25 april menjadikan orang Kristen menaikkan doa untuk meminta berkat kepada Allah dan juga melakukan pemeliharaan terhadap ladang dan berdoa untuk pemeliharaan tanaman (panen) dari gangguan yang dapat merusak tanaman. Perayaan kecil hari Rogate dilakukan pada hari senin, selasa dan rabu yaitu tiga hari sebelum hari kenaikan (ascension). Perayaan kecil ini didapat dari pengucapan serangkaian doa yang diperkenalkan oleh Santo Mamertus dari vienne (470), dimana pada waktu keuskupannya mereka diserang oleh erupsi vulkanik yang penyebaran vulkanik itu sampai ke beberapa tempat lain.
            Ditempat lain pada tahun 1547 Rogate tidaklah diterima di Inggris. Tetapi ketika Inggris dibawah pimpinan Elizabet I pada tahun 1559 memerintahkan untuk menyusuri kota dan jemaat gereja untuk memperkenalkan kembali minggu Rogate, dan juga Elizabet memerintahkan untuk memasukkan khotbah dalam gereja dengan bertemakan minggu Rogate. Dan pada tahun 1662 perayaan kecil minggu Rogate (Senin, selasa, rabu) diperintahkan hanya dirayakan sebagai hari puasa dan menahan hawa nafsu.  Dalam Gereja Roma Katolik (1969) minggu Rogate digantikan yang sebelumnnya adalah hari berpuasa dan menahan hawa nafsu menjadi perayaan ”doa”, doa yang disampaikan demi kebutuhan manusia, berdoa untuk tumbuh-tumbuhan dari bumi, dan berdoa untuk orang-orang yang pekerja.[4]
Minggu Rogate, perayaan tahunan yang dirayakan dengan melakukan arak-arakan dengan menaikkan doa permohonan supaya hasil ladang atau hasil panen bagus. Terkhusus doa permohonan ditujukan kepada tumbuhan-tumbuhan supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit. Mamertus Bishop Vienne memperkenalkan minggu Rogate  pada tahun 473, Mamerthus memperkenalkan ibadat minggu Rogate diantara hari kenaikkan.  Pada tahun 511 konsili kelima di Orlean mambuat ibadat minggu Rogate dan wajib diikuti dengan setia. Pada minggu Rogate, orang-orang yang beribadah keluar dari kotanya dan pergi melingkupi daerah pedalaman dan menyanyikan nyanyian Mazmur serta menaikkan serangkaian doa. Warna litugi dalam arak-arakan itu adalah berwarna violet, yaitu untuk menunjukkan bahwa perayaan itu adalah hari penyesalan, memberikan diri untuk berpuasa, dan pembacaan doa-doa yang berkenaan dengan penyesalan dosa. Secara berangsur-angsur perayaan ini perhatiaannya dipusatkan bukannya hanya pada ibadat namuan perayaan itu untuk pengucapan syukur atas anugerah Allah, sebagai jalan keluar dari marabahaya dengan melakukan permohonan (doa permohonan) untuk panen yang baik.[5]


Ekologi dan Minggu Rogate
            Pada kenyataannya perayaan minggu Rogate (rogation day) tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya. Rogate dimengerti sebagai perayaan tahunan yang dirayakan oleh umat dengan menaikkan doa permohonan kepada Allah. Doa permohonan itu disampaikan khusus untuk tumbuhan supaya hasil ladang atau hasil panen tidak rusak dan juga supaya tumbuhan-tumbuhan supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit. Justru lingkungan (tumbuh-tumbuhan) tidak mendapatkan tempat dalam perayaan tahun liturgi minggu Rogate.[1]
            Dalam agenda HKBP, aspek ekologi dalam tahun liturgi (minggu rogate) tidak ditemukan samasekali.  Doa dalam perayaan minggu Rogate samasekali tidak ada menyinggung untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan. Makna Rogate yang pada awalya adalah untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan tidak tampak dalam doa Rogate dalam agenda HKBP. Berikut adalah doa dalam agenda HKBP terkait dengan minggu rogate. 
“dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaKu, maka Aku akan mendengarkan kamu, apabila kau mencari Aku, maka kamu akan menemukan Aku apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku”.[2]

“Ya, Tuhan Allah Bapa yang mahakuasa hanya karena kasihMu kami sekarang dapat berkumpul dan berdoa kepadaMu. Dalam firman Engkau berjanji bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaMu disitu Engkau ada ditengah-tengah mereka. Ya Tuhan genapilah janjiMu, dengarlah doa permohonan kami ini. Berilah kami hidup yang layak dan pengetahuan akan kebenaranMu serta pengaharapan akan hidup yang layak, di daam anakMu Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin”.[3]            

            Doa permohonan yang disampaikan pendoa cenderung bersifat individual, tidak menyeleluruh. Inilah yang akan memperlemah dampak suatu liturgi. Misalnya, isu-isu politik sering didoakan dengan jalan yang secara tidak sengaja tidak memihak kepada pihak-pihak tertentu. Dan bahkan kerap-sekali doa permohonan yang disampaikan cenderung bertele-tele. Bahkan kerap-sekali doa permohonan dan juga doa pengakuan dosa dibatasi pada kebutuhan individu, sehingga secara tidak langsung alur liturgi diarahkan kepada individu.[4] Sangatlah sering dalam perayaan-perayaan Kristen, doa-doa yang disampaikan umat tidak mencakup secara keseluruhan kosmos. Justru doa yang disampaikan dalam perayaan bersifat egosentris dan egoistis (berpusat kepada diri sendiri) yang hanya memohon supaya Allah meluluskan nafsu-nafsu yang fasik dan doa yang disampaikan untuk memikat Allah untuk maksud-maksud atau tujuan pribadi.[5]

Dalam kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang menjadi pusat perayaan liturgi adalah perayaan Paskah. Perayaan Paskah yang dirayakan adalah memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan mesir. Paskah menjadi sebuah peringatan keluaran yang sekaligus mengingat dasar berdirinya umat Israel. Perayaan Paskah sekaligus memperingati karya penciptaan Allah yang menciptakan langit dan bumi yang secara tidak langsung ditujukan pada kelahiran umat Israel. Oleh sebab itu, peristiwa Keluarnya Israel dari perbudakan Mesir adalah penciptaan umat israel yang ternyara melibatkan seluruh kosmos (penciptaan seluruh kosmos). Atas dasar inilah dalam perayaan-perayaan tahun liturgi sangatlah penting memperhatikan ekologi, sebab ekologi harus memiliki tempat dalam perayaan-perayaan tahun liturgi. 
Rogate (berasal dari bahasa latin) memiliki arti yaitu meminta. Rogate dirayakan secara khusus dengan menaikkan serangkaian doa kepada Allah. Doa yang dinaikkan oleh umat diungkapkan dengan meminta berkat kepada Allah, namun berkat yang diminta bukan untuk manusia secara pribadi, namun doa yang dinaikkan kepada Allah adalah meminta berkat supaya Allah memberkati tumbuh-tumbuhan dan jauh supaya jauh dari penyakit.[1] Perayaan minggu Rogate adalah bentuk penyadaran bahwa dengan mendoakan tumbuh-tumbuhan manusia akan memahami bahwa semua diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ciptaan yang lain. Artinya, semua ciptaan saling membutuhkan (ada mata rantai kehidupan yang tidak pernah putus). Keberadaan manusia sebagai Imago Dei  yang menerima mandat dari Allah (Kej. 1:j 27-28), yaitu menguasai dan menaklukkan bukanlah hak istimewa, melainkan tanggung jawab yang sangat istimewa yang harus dipertanggung jawabkan. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah terpanggil untuk hidup seirama dengan Allah mengasihi dan memelihara ciptaanNya[2]. Alam sebagai tempat dimana manusia tinggal, ditumbuhi oleh tanam-tanaman dan tumbuhan serta berbagai macam hewan. Allah telah menata alam sedemikian sempurna.[3]
            Dalam agenda HKBP terdapat doa yang disampaikan kepada Allah dalam perayaan minggu Rogate (minggu ke 6 setelah Paskah).
“Ya, Tuhan Allah Bapa yang mahakuasa hanya karena kasihMu kami sekarang dapat berkumpul dan berdoa kepadaMu. Dalam firman Engkau berjanji bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaMu disitu Engkau ada ditengah-tengah mereka. Ya Tuhan genapilah janjiMu, dengarlah doa permohonan kami ini. Berilah kami hidup yang layak dan pengetahuan akan kebenaranMu serta pengaharapan akan hidup yang layak, di daam anakMu Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin”.[4]            

Tidak ada yang salah dalam doa yang disampaikan diatas, sebab doa yang disampaikan memiliki hakekat doa Kristen yaitu bahwa doa merupakan suatu percakapan antara umat dengan Tuhan Allah, yang telah berfirman. Suatu jawaban penuh iman atas firman Allah, dan menjadi pertemuan dengan Dia yang dalam Yesus Kristus menampakkan wajahNya kepada kita.[5] Allah menyuruh setiap orang percaya untuk berdoa, sebab orang yang setia berdoa diberikanNya janji-janji yang mulia. Namun kembali kepada makna Rogate sendiri yang terfokus untuk mendoakan lingkungan hidup dengan mengesampingkan kepentingan pribadi manusia, dalam doa agenda HKBP sama sekali tidak ada menyinggung untuk mendoakan alam / lingkungan hidup.
            Doa Rogate dalam agenda HKBP, umat meminta kehidupan yang layak kepada Allah dan yang menjadi fokus utama dalam doa Rogate itu adalah kebutuhan manusia yang pada akhirnya akan membawa manusia terjebak untuk “menguasai” alam demi memenuhi kebutuhan manusia dengan memperluas dan lahan pertanian yang pada akhirnya terjadi pembabatan atau penebangan hutan. Rusaknya dan terganggunya lingkungan bersumber pada manusia yaitu kekuasaan manusia. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia bertolak dari asumsi bahwa manusia berhak untuk mendayagunakan semua potensi atau sumber daya alam bagi kepentingannya saja.[6] Seharusnya fokus yang lebih utama adalah bagaimana ekologi dipandang dari sudut Kosmosentris (berpusat pada kosmos) tidak hanya dipandang dari sudut Antroposentris (hanya berpusat kepada manusia). Sehingga doa pujian dan permohonan kepada Allah, lebih diekspresikan dengan sikap yang lebih perduli terhadap ciptaan (terkhusus lingkungan hidup). Dengan mendoakan lingkungan hidup (tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lainnya), hal ini menunjukkan sikap menerima dan mengasihi lingkungan hidup sebagaimana adanya.[7]  
            Sudah seharusnya dalam perayaan minggu Rogate, lebih terfokus kepada kosmos (dunia) secara keseluruhan. Tidak lagi mengucapkan doa-doa yang hanya terfokus untuk kepentingan manusia sebab manusia juga bagian dari kosmos. Minggu Rogate yang dirayakan seharusnya dengan menaikkan doa permohonan khusus untuk lingkungan hidup, untuk hasil ladang, khusus untuk mendoakan bumi. Doa permohonan ditujukan kepada keprihatinan dari ksisis ekologi dengan menyampaikan permohonana supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit[8]. Jika perayaan liturgi yang dirayakan dalam minggu Rogate lebih terfokus untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan, secara tidak langsung tindakan itu sekaligus mendoakan dan memberkati ciptaan secara keseluruhan. Mendoakan tumbuh-tumbuhan secara tidak langsung menunjukkan kepada manusia kekudusan dan kuasa yang diberikan kepada ciptaan melalui pemulihan yang dilakukan Kristus yang telah mati dan bangkit demi keselamatan dunia (kosmos). Doa untuk tumbuh-tumbuhan adalah sekaligus menunjukkan perhatian kepada ciptaan lainnya seperti hewan, kebun, pekerja ladang, dan sebagainya dan memahami bagaiamanakah umat mengakui keutuhan seluruh ciptaan melalui penyelamatan dan permuliaan manusia dan juga seluruh ciptaan.[9]
Manusia berdoa kepada Allah, namun doa yang disampaikan bukanlah karena inisiatif manusia itu sendiri. Sebelum manusia berdoa, Allah telah berfirman dan telah bertindak. Oleh sebab itulah doa yang disampaikan umat adalah sebuah respon terhadap firman dan tindakan Allah dalam bentuk mendengarkan dan menaati perintah Allah. Doa yang disampaikan umat bukanlah satu arah untuk manusia itu sendiri, namun secara keseluruhan (untuk dunia) karena doa lebih bersifat merespon Firman dan tindakan Allah.[10] Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, dan Allah telah memberkati ciptaanNya. Allah melihat segala ciptaanNya begitu sempurna. Namun kesempurnaan itu telah hancur akibat dosa manusia, alam semesta menderita. Namun Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus telah menyelamatkan dunia, bukan hanya manusia yang diselamatkan, alam semesta pun diselamatkan dari kehancuran. Oleh sebab itu tindakan Allah perlu direspon manusia dengan mendoakan alam semesta (secara menyeluruh) demi kesempurnaan kembali ciptaan Allah. Doa itu sebagai respon atas tindakan Allah yang telah memberkati ciptaan, sehingga manusia diajak kembali untuk bertanggung jawab menjaga lingkungan.[11]
Mendoakan alam ciptaan adalah suatu bentuk penyadaran bahwa manusia tidaklah superior atas segala ciptaan. Manusia berada bersama (disamping) ciptaan yang lain, di dalam solidaritas dengan ciptaan yang lain, meskipun tetap dalam perbedaan-perbedaan. Atas dasar solidaritas inilah manusia harus memandang semua ciptaan Allah secara integral (keutuhan ciptaan), sebagaimana diciptakan Allah sebagai suatu yang baik (Kej. 1: 10-12). Segala mahluk hidup berada dalam relasi saling bergantung dan saling memerlukan (ekosistem). Merusak keutuhan ciptaan ini, berarti memusnahkan semua hal yang mendukung hidup manusia itu sendiri. Maka disinilah panggilan kepada suatu pola hidup baru yang berdasarkan pada penatalayanan dan pengasihan, bukan penguasaan dan eksploitasi atas ciptaan yang lain (bnd. Maz 104). Selama ini teologi memusatkan perhatiannya hanya kepada manusia, tidak melihat keseluruhan kosmos yang didalamnya ada lingkungan hidup. Manusia dan alam sama-sama penting, sebab baik manusia dan alam adalah sama-sama ciptaan Allah Manusia diciptakan segambar dengan Allah yang bertugas untuk menjaga dan mengelola alam, tetapi bukan berarti mengeksploitasi alam. Manusia adalah bagian dari ciptaan dunia, dan manusia adalah sebagai makhluk yang mengelola alam bukan penguasa alam.[12]
Dengan mendoakan lingkungan hidup akan membentuk paradigma baru bahwa ekologi harus dipandang lebih bersifat kosmosentris. Ekologi harus dipandang dari sifat keutuhan ciptaan ketika Allah menciptakan dunia ini dengan sempurna dan semuanya baik. Paradigma berpikir yang menganggap manusia sebagai yang lebih utama dari semua ciptaan harusnya diubah, sebab ekologi harus dipandang secara menyeluruh. Lingkungan tidak lagi dipandang sebagai objek, namun lingkungan sebagai subjek.[13] Manusia (antropos) hanya bagian kecil dari dunia, artinya ternyata manusia adalah bagian dari kosmos yang harus dipandang dari perspektif kosmosentris. Bumi diciptakan sebagai tempat kediaman manusia dan seluruh ciptaan lainnya. Bumi bukan milik manusia, namun milik Allah yang diciptakan sebagai tempat kediaman seluruh ciptaan. Bumi menjadi tempat kehidupan ciptaan Allah dan bumi juga sebagai sumber kehidupan seluruh ciptaan. Di Bumi manusia dan seluruh ciptaan lainnya dapat hidup, oleh karena itu manusia tidak memiliki hak untuk menganggap bumi sebagai miliknya, manusia (antropos) tidak memiliki hak untuk mengahancurkan bumi. Namun manusia bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga lingkungan hidup. [14]


[1] Lih. …., The World book Encyclopedia Q-R 16, Field enterprises educational corporation, Chicago 1968: hlm. 373.
[2] Lih. Victor Tinambunan, Gereja dan Orang Percaya: Oleh Rahmat Menjadi Berkat di Tengah Krisis Multi Wajah,  L-SAPA, P. Siantar 2006: hlm. 56
[3] Lih.…., Jurnal Teologi Illuminare mencerahkan dan membangun, STT Baptis, Medan 2013: hlm. 72.
[4] Lih. ….., Agenda HKBP, Percetakan HKBP, Pematangsiantar 2007:  hlm. 94.
[5]Lih.  Dr. J. Verkuyl, Apakah Berdoa Itu?, BPK Gunung Mulia Jakarta 2009: hlm. 13
[6] Lih. P.boorong, Etika Bumi Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 36.
[7] Lih. Dawn M. Nothwerh, Lingkungsn Hidup I, Bina Media Perintis, Medan 2009: hlm. 187
[8] Lih. Martin O. Dietrich , Luther’s Work Vol. 42, Fortress press, Philadelphia 1969: hlm. 83.
[9] Lih. Celia Deane Drummond, Teologi dan Ekologi., hlm. 97.
[10] Lih. Yongky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 188.
[11] Lih. Emanuel Gerit Singgih,  Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad Ke 21, Kanisius, Yogyakarta 1997:  hlm. 128.
[12] Lih. Emanuel Gerrit singgih, Berteologi dalam Konteks, BPK dan Kanisius, Yogyakarta-Jakarta 2007: hlm. 232.
[13] Lih. Leonardo Boff, Jeritan bumi jeritan penderitaan., hlm. 140. 
[14]  Lih. R. P.boorong, Etika Bumi Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 18.  

[1] Lih. Martin O. Dietrich (ed), Luther’s Work Vol. 42., hlm. 83.
[2] Lih. ….., Agenda HKBP, PercetakanHKBP, Pematangsiantar 2007:  hlm. 71.
[3] Lih. ….., Agenda HKBP, PercetakanHKBP, Pematangsiantar 2007:  hlm. 94.
[4] Lih. C. D Drummond, Teologi dan Ekologi., hlm. 99.
[5] Lih. J. Verkuyl,   Apakah Berdoa Itu?., hlm. 42-49

[1] Lih. Rasid Rachman, Hari raya liturgy: Sejarah dan pesan pastoral Gereja., hlm. 96.
[2] Lih. …., The World book Encyclopedia Q-R 16, Field enterprises educational corporation, Chicago 1968: hlm. 373.
[3] Lih….., Encyclopedia Britannica A New Survey of Universal Knowledge Vol 19, Encyclopedy Britannica, Chicago 1951: hlm. 381
[4] Lih. F.l Cross (ed), The Oxford Dictionary the Christian Chruch, Oxford university Press, London 1974: hlm. 1193
[5] Lih. Martin O. Dietrich (ed), Luther’s Work Vol. 42, Fortress press, Philadelphia 1969: hlm. 83. 

2 komentar:

  1. Ini menjadi bahan perhatian kita, terkhusus untuk melestarikan lingkungan

    BalasHapus
  2. T-1000 Titanium White Sticker, Aluminum Alloy - TitaniumStone
    The T-1000 is a silver, lighter-than-white T-1000 with rocket league titanium white octane a titanium flat iron clear, durable finish and is easy to mens titanium wedding rings use. It infiniti pro rainbow titanium flat iron offers a sleek design, durable Material: Aluminum Alloy$95.00 titanium magnetic · ‎In stock

    BalasHapus