TEMPAT EKOLOGI DALAM TAHUN LITURGI
Tahun Gerajawi dalam Minggu Rogate
Minggu rogate dalam tahun gerejawi adalah minggu
dalam rangkaian perayaan setelah Paskah. Ada 6 minggu setelah Paskah yang
dirayakan dalam tahun gerejawi yaitu
·
Quasimodo
geniti (jadilah sama seperti bayi yang baru lahir)
·
Misericordias
domini (kasih setia Tuhan)
·
Jubilate
(bersorak-sorailah bagi Allah hai seluruh bumi)
·
Cantate
Domini cancticum novum (nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan)
·
Rogate (mintalah, maka kamu akan menerima)
·
Exaudi
(dengarlah, Tuhan, seruan yang kusampaikan)
Rogate adalah rangkaian paskah
yang dirayakan dalam tahun liturgi 4 minggu setelah paskah. Minggu ini bertema
doa permohonan kepada Tuhan. Minggu ini adalah minggu menjelang kenaikan Tuhan
Yesus ke sorga dan dua minggu sebelum perayaan Pentakosta. Pada minggu Rogate
ini, dibacakan pembacaan alkitab tentang perpisahan Yesus dengan umat dan janji
datangnya Roh kudus lebih sering dibacakan.[1]
Rogate dalam bahasa inggris adalah Rogation day yang barakar
dari kata roh GAY shun. Artinya
adalah tiga hari (senin, selasa, rabu) sebelum hari kenaikan (Ascension). Rogate
dirayakan oleh roma katolik, gereja anglikan, dan gereja protestan yang
bersifat episkopal. Dalam perayaan hari rogate, imam dan umat dalam gereja
bernyanyi dan membawakan doa dengan menggunakan serangkaian doa-doa (Litany). Minggu didalam hari-hari rogate ini
disebut sebagai minggu rogate (rogation week). Nama rogate ini berasal dari
nama Latin yaitu rogare yang artinya meminta (to ask). Orang-orang yang
mengungkapkan serangkaian doa itu dengan meminta berkat dari Allah pada waktu
berlangsungnya tahun panen (year’s crop).[2]
Dalam kelender gereja, perayaan Rogate dirayakan tiga hari
sebelum hari kenaikan. Bentuk perayaan hari Rogate ini dilakukan umat dalam
bentuk berpuasa dan melakukan doa nyanyian yang dilakukan dalam bentuk
arak-arakan. Gerak peribadahan yang dilakukan dalam perayaan minggu Rogate ini
diperkenalkan oleh Santo Mamertus bishop Vienne (475) yang diperintahkan untuk
dilakukan sepanjang tahun dan telah disetujui dalam konsili pertama di Orleans
pada tahun 511. Paus Leo III (795-816) memperkenalkan minggu Rogate di Roma
namun tanpa melakukan puasa. Kebiasaan ini telah disebarluaskan sampai ke
Gereja di Inggris.[3]
Umat Kristen merayakan hari Rogate (regare-meminta) dengan pasti menentukan hari itu sebagai hari yang
dirayakan pada awal musim panas. Perayaan Rogate dilakukan dengan melakukan
puasa dan juga menaikkan doa kepada Allah. Doa yang disampaikan adalah untuk
hasil panen. Perayaan utama Rogate yang mana dilakukan setiap tanggal 25 april menjadikan
orang Kristen menaikkan doa untuk meminta berkat kepada Allah dan juga
melakukan pemeliharaan terhadap ladang dan berdoa untuk pemeliharaan tanaman
(panen) dari gangguan yang dapat merusak tanaman. Perayaan kecil hari Rogate
dilakukan pada hari senin, selasa dan rabu yaitu tiga hari sebelum hari
kenaikan (ascension). Perayaan kecil ini didapat dari pengucapan serangkaian
doa yang diperkenalkan oleh Santo Mamertus dari vienne (470), dimana pada waktu
keuskupannya mereka diserang oleh erupsi vulkanik yang penyebaran vulkanik itu
sampai ke beberapa tempat lain.
Ditempat
lain pada tahun 1547 Rogate tidaklah diterima di Inggris. Tetapi ketika Inggris
dibawah pimpinan Elizabet I pada tahun 1559 memerintahkan untuk menyusuri kota
dan jemaat gereja untuk memperkenalkan kembali minggu Rogate, dan juga Elizabet
memerintahkan untuk memasukkan khotbah dalam gereja dengan bertemakan minggu
Rogate. Dan pada tahun 1662 perayaan kecil minggu Rogate (Senin, selasa, rabu)
diperintahkan hanya dirayakan sebagai hari puasa dan menahan hawa nafsu. Dalam Gereja Roma Katolik (1969) minggu Rogate
digantikan yang sebelumnnya adalah hari berpuasa dan menahan hawa nafsu menjadi
perayaan ”doa”, doa yang disampaikan demi kebutuhan manusia, berdoa untuk
tumbuh-tumbuhan dari bumi, dan berdoa untuk orang-orang yang pekerja.[4]
Minggu Rogate, perayaan tahunan yang dirayakan dengan melakukan
arak-arakan dengan menaikkan doa permohonan supaya hasil ladang atau hasil
panen bagus. Terkhusus doa permohonan ditujukan kepada tumbuhan-tumbuhan supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit.
Mamertus Bishop Vienne memperkenalkan minggu Rogate pada tahun 473, Mamerthus memperkenalkan
ibadat minggu Rogate diantara hari kenaikkan.
Pada tahun 511 konsili kelima di Orlean mambuat ibadat minggu Rogate dan
wajib diikuti dengan setia. Pada minggu Rogate, orang-orang yang beribadah
keluar dari kotanya dan pergi melingkupi daerah pedalaman dan menyanyikan
nyanyian Mazmur serta menaikkan serangkaian doa. Warna litugi dalam arak-arakan
itu adalah berwarna violet, yaitu untuk menunjukkan bahwa perayaan itu adalah
hari penyesalan, memberikan diri untuk berpuasa, dan pembacaan doa-doa yang
berkenaan dengan penyesalan dosa. Secara berangsur-angsur perayaan ini perhatiaannya
dipusatkan bukannya hanya pada ibadat namuan perayaan itu untuk pengucapan
syukur atas anugerah Allah, sebagai jalan keluar dari marabahaya dengan
melakukan permohonan (doa permohonan) untuk panen yang baik.[5]
Ekologi dan Minggu Rogate
Pada
kenyataannya perayaan minggu Rogate (rogation day) tidak sesuai dengan makna
yang sebenarnya. Rogate dimengerti sebagai perayaan tahunan yang dirayakan oleh
umat dengan menaikkan doa permohonan kepada Allah. Doa permohonan itu
disampaikan khusus untuk tumbuhan supaya hasil ladang atau hasil panen tidak
rusak dan juga supaya tumbuhan-tumbuhan supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena
penyakit. Justru lingkungan (tumbuh-tumbuhan) tidak mendapatkan tempat dalam
perayaan tahun liturgi minggu Rogate.[1]
Dalam agenda HKBP, aspek ekologi
dalam tahun liturgi (minggu rogate) tidak ditemukan samasekali. Doa dalam perayaan minggu Rogate samasekali
tidak ada menyinggung untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan. Makna Rogate yang pada
awalya adalah untuk mendoakan tumbuh-tumbuhan tidak tampak dalam doa Rogate
dalam agenda HKBP. Berikut adalah doa dalam agenda HKBP terkait dengan minggu
rogate.
“dan apabila
kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaKu, maka Aku akan mendengarkan kamu,
apabila kau mencari Aku, maka kamu akan menemukan Aku apabila kamu menanyakan
Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku”.[2]
“Ya, Tuhan
Allah Bapa yang mahakuasa hanya karena kasihMu kami sekarang dapat berkumpul
dan berdoa kepadaMu. Dalam firman Engkau berjanji bahwa dimana dua atau tiga
orang berkumpul dalam namaMu disitu Engkau ada ditengah-tengah mereka. Ya Tuhan
genapilah janjiMu, dengarlah doa permohonan kami ini. Berilah kami hidup yang
layak dan pengetahuan akan kebenaranMu serta pengaharapan akan hidup yang
layak, di daam anakMu Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin”.[3]
Dalam
kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang menjadi pusat perayaan liturgi
adalah perayaan Paskah. Perayaan Paskah yang dirayakan adalah memperingati
keluarnya bangsa Israel dari perbudakan mesir. Paskah menjadi sebuah peringatan
keluaran yang sekaligus mengingat dasar berdirinya umat Israel. Perayaan Paskah
sekaligus memperingati karya penciptaan Allah yang menciptakan langit dan bumi
yang secara tidak langsung ditujukan pada kelahiran umat Israel. Oleh sebab
itu, peristiwa Keluarnya Israel dari perbudakan Mesir adalah penciptaan umat israel
yang ternyara melibatkan seluruh kosmos (penciptaan seluruh kosmos). Atas dasar
inilah dalam perayaan-perayaan tahun liturgi sangatlah penting memperhatikan
ekologi, sebab ekologi harus memiliki tempat dalam perayaan-perayaan tahun liturgi.
Rogate (berasal dari bahasa
latin) memiliki arti yaitu meminta. Rogate dirayakan secara khusus dengan
menaikkan serangkaian doa kepada Allah. Doa yang dinaikkan oleh umat
diungkapkan dengan meminta berkat kepada Allah, namun berkat yang diminta bukan
untuk manusia secara pribadi, namun doa yang dinaikkan kepada Allah adalah
meminta berkat supaya Allah memberkati tumbuh-tumbuhan dan jauh supaya jauh
dari penyakit.[1] Perayaan minggu Rogate adalah bentuk
penyadaran bahwa dengan mendoakan tumbuh-tumbuhan manusia akan memahami bahwa
semua diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ciptaan yang lain. Artinya, semua
ciptaan saling membutuhkan (ada mata rantai kehidupan yang tidak pernah putus).
Keberadaan manusia sebagai Imago Dei
yang menerima mandat dari Allah (Kej. 1:j 27-28), yaitu menguasai dan
menaklukkan bukanlah hak istimewa, melainkan tanggung jawab yang sangat
istimewa yang harus dipertanggung jawabkan. Manusia sebagai gambar dan rupa
Allah terpanggil untuk hidup seirama dengan Allah mengasihi dan memelihara
ciptaanNya[2].
Alam sebagai tempat dimana manusia tinggal, ditumbuhi oleh tanam-tanaman dan
tumbuhan serta berbagai macam hewan. Allah telah menata alam sedemikian
sempurna.[3]
Dalam agenda HKBP terdapat doa yang
disampaikan kepada Allah dalam perayaan minggu Rogate (minggu ke 6 setelah
Paskah).
“Ya, Tuhan
Allah Bapa yang mahakuasa hanya karena kasihMu kami sekarang dapat berkumpul
dan berdoa kepadaMu. Dalam firman Engkau berjanji bahwa dimana dua atau tiga
orang berkumpul dalam namaMu disitu Engkau ada ditengah-tengah mereka. Ya Tuhan
genapilah janjiMu, dengarlah doa permohonan kami ini. Berilah kami hidup yang
layak dan pengetahuan akan kebenaranMu serta pengaharapan akan hidup yang
layak, di daam anakMu Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin”.[4]
Tidak ada yang salah dalam doa
yang disampaikan diatas, sebab doa yang disampaikan memiliki hakekat doa
Kristen yaitu bahwa doa merupakan suatu percakapan antara umat dengan Tuhan
Allah, yang telah berfirman. Suatu jawaban penuh iman atas firman Allah, dan
menjadi pertemuan dengan Dia yang dalam Yesus Kristus menampakkan wajahNya
kepada kita.[5] Allah
menyuruh setiap orang percaya untuk berdoa, sebab orang yang setia berdoa
diberikanNya janji-janji yang mulia. Namun kembali kepada makna Rogate sendiri
yang terfokus untuk mendoakan lingkungan hidup dengan mengesampingkan
kepentingan pribadi manusia, dalam doa agenda HKBP sama sekali tidak ada
menyinggung untuk mendoakan alam / lingkungan hidup.
Doa
Rogate dalam agenda HKBP, umat meminta kehidupan yang layak kepada Allah dan yang
menjadi fokus utama dalam doa Rogate itu adalah kebutuhan manusia yang
pada akhirnya akan membawa manusia terjebak untuk “menguasai” alam demi memenuhi
kebutuhan manusia dengan memperluas dan lahan pertanian yang pada akhirnya
terjadi pembabatan atau penebangan hutan. Rusaknya dan terganggunya lingkungan
bersumber pada manusia yaitu kekuasaan
manusia. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia bertolak
dari asumsi bahwa manusia berhak untuk mendayagunakan semua potensi atau sumber
daya alam bagi kepentingannya saja.[6]
Seharusnya fokus yang lebih utama adalah bagaimana ekologi dipandang dari sudut
Kosmosentris (berpusat pada kosmos) tidak hanya dipandang dari sudut Antroposentris
(hanya berpusat kepada manusia). Sehingga doa pujian dan permohonan kepada
Allah, lebih diekspresikan dengan sikap yang lebih perduli terhadap ciptaan
(terkhusus lingkungan hidup). Dengan mendoakan lingkungan hidup
(tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lainnya), hal ini menunjukkan sikap
menerima dan mengasihi lingkungan hidup sebagaimana adanya.[7]
Sudah seharusnya dalam perayaan
minggu Rogate, lebih terfokus kepada kosmos (dunia) secara keseluruhan. Tidak
lagi mengucapkan doa-doa yang hanya terfokus untuk kepentingan manusia sebab
manusia juga bagian dari kosmos. Minggu Rogate yang dirayakan seharusnya
dengan menaikkan doa permohonan khusus untuk lingkungan hidup, untuk hasil
ladang, khusus untuk mendoakan bumi. Doa permohonan ditujukan kepada keprihatinan
dari ksisis ekologi dengan menyampaikan permohonana supaya tumbuh-tumbuhan tidak terkena penyakit[8].
Jika perayaan liturgi yang dirayakan dalam minggu Rogate lebih terfokus untuk
mendoakan tumbuh-tumbuhan, secara tidak langsung tindakan itu sekaligus
mendoakan dan memberkati ciptaan secara keseluruhan. Mendoakan tumbuh-tumbuhan
secara tidak langsung menunjukkan kepada manusia kekudusan dan kuasa yang
diberikan kepada ciptaan melalui pemulihan yang dilakukan Kristus yang telah
mati dan bangkit demi keselamatan dunia (kosmos). Doa untuk tumbuh-tumbuhan
adalah sekaligus menunjukkan perhatian kepada ciptaan lainnya seperti hewan,
kebun, pekerja ladang, dan sebagainya dan memahami bagaiamanakah umat mengakui
keutuhan seluruh ciptaan melalui penyelamatan dan permuliaan manusia dan juga
seluruh ciptaan.[9]
Manusia berdoa kepada Allah, namun doa yang disampaikan bukanlah karena
inisiatif manusia itu sendiri. Sebelum manusia berdoa, Allah telah berfirman
dan telah bertindak. Oleh sebab itulah doa yang disampaikan umat adalah sebuah
respon terhadap firman dan tindakan Allah dalam bentuk mendengarkan dan menaati
perintah Allah. Doa yang disampaikan umat bukanlah satu arah untuk manusia itu
sendiri, namun secara keseluruhan (untuk dunia) karena doa lebih bersifat
merespon Firman dan tindakan Allah.[10]
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, dan Allah
telah memberkati ciptaanNya. Allah melihat segala ciptaanNya begitu sempurna.
Namun kesempurnaan itu telah hancur akibat dosa manusia, alam semesta
menderita. Namun Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus telah
menyelamatkan dunia, bukan hanya manusia yang diselamatkan, alam semesta pun
diselamatkan dari kehancuran. Oleh
sebab itu tindakan Allah perlu direspon manusia dengan mendoakan alam semesta
(secara menyeluruh) demi kesempurnaan kembali ciptaan Allah. Doa itu sebagai
respon atas tindakan Allah yang telah memberkati ciptaan, sehingga manusia
diajak kembali untuk bertanggung jawab menjaga lingkungan.[11]
Mendoakan alam ciptaan adalah
suatu bentuk penyadaran bahwa manusia tidaklah superior atas segala ciptaan.
Manusia berada bersama (disamping) ciptaan yang lain, di dalam solidaritas
dengan ciptaan yang lain, meskipun tetap dalam perbedaan-perbedaan. Atas dasar
solidaritas inilah manusia harus memandang semua ciptaan Allah secara integral
(keutuhan ciptaan), sebagaimana diciptakan Allah sebagai suatu yang baik (Kej.
1: 10-12). Segala mahluk hidup berada dalam relasi saling bergantung dan saling
memerlukan (ekosistem). Merusak keutuhan ciptaan ini, berarti memusnahkan semua
hal yang mendukung hidup manusia itu sendiri. Maka disinilah panggilan kepada
suatu pola hidup baru yang berdasarkan pada penatalayanan dan pengasihan, bukan
penguasaan dan eksploitasi atas ciptaan yang lain (bnd. Maz 104). Selama ini
teologi memusatkan perhatiannya hanya kepada manusia, tidak melihat keseluruhan
kosmos yang didalamnya ada lingkungan hidup. Manusia dan alam sama-sama
penting, sebab baik manusia dan alam adalah sama-sama ciptaan Allah Manusia
diciptakan segambar dengan Allah yang bertugas untuk menjaga dan mengelola
alam, tetapi bukan berarti mengeksploitasi alam. Manusia adalah bagian dari
ciptaan dunia, dan manusia adalah sebagai makhluk yang mengelola alam bukan
penguasa alam.[12]
Dengan mendoakan lingkungan hidup akan membentuk paradigma baru bahwa
ekologi harus dipandang lebih bersifat kosmosentris. Ekologi harus dipandang
dari sifat keutuhan ciptaan ketika Allah menciptakan dunia ini dengan sempurna
dan semuanya baik. Paradigma berpikir yang menganggap manusia sebagai yang
lebih utama dari semua ciptaan harusnya diubah, sebab ekologi harus dipandang
secara menyeluruh. Lingkungan tidak lagi dipandang sebagai objek, namun
lingkungan sebagai subjek.[13]
Manusia (antropos) hanya bagian kecil dari dunia, artinya ternyata manusia
adalah bagian dari kosmos yang harus dipandang dari perspektif kosmosentris.
Bumi diciptakan sebagai tempat kediaman manusia dan seluruh ciptaan lainnya.
Bumi bukan milik manusia, namun milik Allah yang diciptakan sebagai tempat
kediaman seluruh ciptaan. Bumi menjadi tempat kehidupan ciptaan Allah dan bumi
juga sebagai sumber kehidupan seluruh ciptaan. Di Bumi manusia dan seluruh
ciptaan lainnya dapat hidup, oleh karena itu manusia tidak memiliki hak untuk
menganggap bumi sebagai miliknya, manusia (antropos) tidak memiliki hak untuk
mengahancurkan bumi. Namun manusia bertanggung jawab untuk memelihara dan
menjaga lingkungan hidup. [14]
[1] Lih. ….,
The World book Encyclopedia Q-R 16,
Field enterprises educational corporation, Chicago 1968: hlm. 373.
[2] Lih. Victor
Tinambunan, Gereja dan Orang Percaya:
Oleh Rahmat Menjadi Berkat di Tengah Krisis Multi Wajah, L-SAPA, P. Siantar
2006: hlm. 56
[3] Lih.…., Jurnal Teologi Illuminare mencerahkan dan
membangun, STT Baptis, Medan 2013: hlm. 72.
[4] Lih.
….., Agenda HKBP, Percetakan HKBP,
Pematangsiantar 2007: hlm. 94.
[5]Lih. Dr. J. Verkuyl, Apakah Berdoa Itu?, BPK
Gunung Mulia Jakarta 2009: hlm. 13
[6] Lih.
P.boorong, Etika Bumi Baru, BPK
Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 36.
[7] Lih.
Dawn M. Nothwerh, Lingkungsn Hidup I,
Bina Media Perintis, Medan 2009: hlm. 187
[8] Lih.
Martin O. Dietrich , Luther’s Work Vol.
42, Fortress press, Philadelphia 1969: hlm. 83.
[9] Lih.
Celia Deane Drummond, Teologi dan
Ekologi., hlm. 97.
[10] Lih.
Yongky Karman, Bunga Rampai Teologi
Perjanjian Lama, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 188.
[11] Lih. Emanuel
Gerit Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad Ke 21, Kanisius, Yogyakarta 1997: hlm. 128.
[12] Lih.
Emanuel Gerrit singgih, Berteologi dalam
Konteks, BPK dan Kanisius, Yogyakarta-Jakarta 2007: hlm. 232.
[13] Lih.
Leonardo Boff, Jeritan bumi jeritan
penderitaan., hlm. 140.
[14] Lih. R. P.boorong, Etika Bumi Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 18.
[1] Lih.
Martin O. Dietrich (ed), Luther’s Work
Vol. 42., hlm. 83.
[2] Lih.
….., Agenda HKBP, PercetakanHKBP,
Pematangsiantar 2007: hlm. 71.
[3] Lih.
….., Agenda HKBP, PercetakanHKBP,
Pematangsiantar 2007: hlm. 94.
[4] Lih. C.
D Drummond, Teologi dan Ekologi., hlm.
99.
[5] Lih. J.
Verkuyl, Apakah Berdoa Itu?.,
hlm. 42-49
[1] Lih.
Rasid Rachman, Hari raya liturgy:
Sejarah dan pesan pastoral Gereja., hlm. 96.
[2] Lih. ….,
The World book Encyclopedia Q-R 16,
Field enterprises educational corporation, Chicago 1968: hlm. 373.
[3] Lih….., Encyclopedia Britannica A New Survey of
Universal Knowledge Vol 19, Encyclopedy Britannica, Chicago 1951: hlm. 381
[4] Lih. F.l
Cross (ed), The Oxford Dictionary the
Christian Chruch, Oxford university Press, London 1974: hlm. 1193
[5] Lih.
Martin O. Dietrich (ed), Luther’s Work
Vol. 42, Fortress press, Philadelphia 1969: hlm. 83.
Ini menjadi bahan perhatian kita, terkhusus untuk melestarikan lingkungan
BalasHapusT-1000 Titanium White Sticker, Aluminum Alloy - TitaniumStone
BalasHapusThe T-1000 is a silver, lighter-than-white T-1000 with rocket league titanium white octane a titanium flat iron clear, durable finish and is easy to mens titanium wedding rings use. It infiniti pro rainbow titanium flat iron offers a sleek design, durable Material: Aluminum Alloy$95.00 titanium magnetic · In stock